DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Desa Benua Baru Terisolir, Setahun Sekali Dikunjungi Tenaga Medis

Desa Benua Baru Terisolir, Setahun Sekali Dikunjungi Tenaga Medis


Abdul Djabbar Bukhran saat reses dan menyerap aspirasi masyarakat (Foto: apih)
MASIH ditemukannya sejumlah sarana dan prasarana yang belum memadai di daerah ini menjadi keperihatinan tersendiri bagi anggota DPRD Kukar, Abdul Djabbar Bukran.

Dalam kegiatan reses, Sabtu (15/10), Djabbar yang menyempatkan diri berkunjung ke Desa Benua Baru, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kukar, mendapat sambutan antusias dari warga setempat sekaligus mendengarkan langsung “curhat” warga.

Kunjungan politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut, dilakukan sebagai rangkaian kerja anggota dewan, terutama dalam menyerap aspirasi masyarakat. Kali ini Djabbar memilih Desa Benua Baru menjadi bagian tujuan reses.

Seperti diketahui, Desa Benua Baru merupakan wilayah desa yang masih terisolir di Kecamatan Kota Bangun. Desa yang masih tertinggal sarana dan prasarananya ini pun, diketahui, baru pertama kali dikunjungi anggota DPRD Kukar.

Dalam pertemuan langsung bersama wakil rakyat itulah, warga Desa Benua Baru mengambil kesempatan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Warga setempat menginginkan agar pemerintah daerah memperhatikan keberadaan Desa Benua Baru. “Kami mengharapkan agar wakil rakyat dapat menyampaikan aspirasi kami ini,” harap Darmansyah, warga setempat, kepada Djabbar.



Kendaraan tidak dapat masuk ke lokasi karena jembatan belum selesai (Foto: apih)
Menurut informasi warga, selama ini memang tidak banyak yang dapat dilakukan warga untuk membangun desa. Selain masih minimnya sumber daya manusia (SDM). Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang seperti akses jalan, fasilitas umum, tempat ibadah, media informasi dan komunikasi, juga menjadi penghambat bagi perkembangan Desa Benua Baru.

Warga setempat mengharapkan agar pemerintah Kukar dapat membangun fasilitas-fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat desa. Diantara harapan warga yang sangat mendesak adalah pembangunan dan perbaikan akses jalan. Warga Desa Benua Baru mengharapkan agar jalan desa, terutama jalan poros yang menghubungkan jalan Desa Trans SP IV dengan Desa Benua Baru dilakukan pengerasan dan pengaspalan.

Diakui Muksin, warga setempat, kendala paling utama yang dihadapi Desa Benua Baru adalah persoalan jalan. “Dan ini pulalah yang menghambat listrik masuk desa karena akses jalan desa ini tidak memadai,” ungkapnya.

Selain itu, Muksin juga mengakui, sebelumnya memang ada jalan desa yang telah disemenisasi dengan lebar 5 meter dan panjang sekitar 650 meter. Jalan itu dibangun pada tahun 2000. Namun, kini jalan tersebut telah hancur karena kurangnya perbaikan dan perhatian pemerintah daerah. “Warga mengharapkan agar perbaikan jalan desa tidak hanya tambal sulam. Tapi dikeraskan, baik dengan aspal atau cor semen,” ujar Muksin menyampaikan aspirasi warga.

Selain masalah jalan desa yang rusak, persoalan fasilitas Puskesmas Pembantu juga tak luput menjadi sorotan masyarakat Desa Benua Baru. Heri Kiswanto, misalnya, warga setempat, mengungkapkan, keberadaan tenaga medis yang minim dan hanya setahun sekali mengunjungi Desa Benua Baru seringkali dikeluhkan warga. Tidak itu saja, yang menyedihkan lagi, apabila ada warga desa yang sakit parah, terpaksa harus diantar berobat menuju desa lain yang jaraknya cukup jauh dengan menempuh jalan rusak. “Kami meminta pemerintah Kukar juga memperhatikan kondisi ini,” ujar Heri.



Warga berharap pemerintah daerah Kukar dapat memperhatikan kondisi Desa Benua Baru (Foto: apih)
Menanggapi aspirasi warga Desa Benua Baru, Djabbar sendiri sebagai wakil rakyat akan menyuarakan harapan warga kepada pemerintah daerah. “Dan saya juga berharap agar pemerintah Kukar dan instansi terkait lebih serius menyikapi masalah ini, terutama memperhatikan perkembangan desa-desa yang masih terisolir di daerah ini,” ujar Djabbar. (apih/gu2n)