DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Selama 30 Tahun Warga Loa Ulung Tunggu Comdev Tambang

Selama 30 Tahun Warga Loa Ulung Tunggu Comdev Tambang


Warga meminta PT FBS untuk punya kepedulian dengan warga setempat (Foto: murdiansyah)
SEDIKITNYA 30 orang warga Desa Loa Ulung, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mendatangi gedung DPRD setempat, baru-baru ini (17/3). Mereka yang mengaku tim pengelola community development (comdev) itu mengadu ke anggota dewan terkait kurang pedulinya pihak perusahaan tambang batubara yakni, PT Fajar Bumi Sakti (FBS) terhadap pembangunan desa dan penyerapan tenaga kerja lokal.

Rombongan warga tersebut kemudian diterima anggota dewan Komisi I dan II di ruang Badan Musyawarah (Banmus) DPRD Kukar. Diantara wakil rakyat yang menerima warga tersebut, Abdul Sani, Firnadi Ikhsan, Hayansyah, Sang Made Sutame, dan Guntur.

Dalam pertemuan itu, perwakilan warga Desa Loa Ulung, mengaku, telah beberapakali melakukan pendekatan dengan pihak manajemen perusahaan FBS terkait dengan tuntutan warga. Namun beberapa kesepakatan yang telah dibicarakan tidak ada tindaklanjutnya.

“Kami sudah beberapakali melakukan musyawarah dan mufakat, baik secara internal maupun eksternal dengan pihak PT FBS. Dan kesepakatan-kesepakatan sudah ada serta disaksikan oleh dinas terkait. Tapi sampai sekarang kesepakatan itu hanya tinggal kesepakatan. Tidak ada tindaklanjut pelaksanaannya,” ungkap Ahmadi, ketua tim pengelola comdev di desa Loa Ulung.

Dikatakannya pula, masyarakat Desa Loa Ulung sebenarnya merasa kecewa dengan sikap manajemen perusahaan yang kurang peduli dengan kondisi pembangunan desa. “Selama ini masyarakat sudah cukup bersabar jadi penonton aktivitas tambang yang hilir mudik dan bahkan menggunakan jalan umum yang dibuat oleh pemerintah untuk lintas hauling (angkut muat batubara, red)”.

Terkait dengan hal tersebut, warga setempat meminta pihak perusahaan untuk segera mengganti jalan umum yakni jalan Gunung Asam yang telah dihilangkan perusahaan untuk aktivitas operasinya. Selain itu, warga juga meminta PT FBS untuk memperbaiki dan merawat jalan umum Desa Loa Ulung yang sebagian dipergunakan untuk aktivitas kegiatan tambang.

Tak hanya penggunaan jalan umum yang diprotes warga. Soal pengelolaan limbah pun menjadi sorotan masyarakat Desa Loa Ulung. Warga meminta agar pihak perusahaan tidak asal dalam melakukan pelepasan limbah ke media lingkungan.

“Kami meminta pengelolaan limbah perusahaan harus memenuhi standar baku mutu. Selama ini fasilitas yang yang dipakai untuk membuang limbah cair tersebut merupakan fasilitas desa seperti parit dan dam. Dan fasilitas tersebut tidak pernah diberikan konpensasi berbentuk apapun. Dan apa yang kami sampaikan ke dewan itulah yang merupakan tuntutan warga,” tandas Ahmadi.

Sementara itu, Sabran Ali, Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Loa Ulung, mengungkapkan, sejak operasinya perusahaan FBS pada tahun 1980 dan hingga 2010 di Desa Loa Ulung, hampir 30 tahun lebih masyarakat desa setempat kurang mendapatkan apa-apa dari comdev perusahaan.

“Partisipasi perusahaan terhadap masyarakat sekitar masih sangat jauh dari kurang. Malah jalan yang dibuat oleh pemerintah melalui dana APBD dimanfaatkan oleh pihak perusahan untuk kegiatan tambang,” ucap Sabran, yang juga dikenal warga setempat sebagai tokoh masyarakat Desa Loa Ulung.

Disampaikannya kepada Anggota DPRD setempat, masyarakat desa sebenarnya merasa gelisah dengan keberadaan aktivitas tambang yang ada, terutama menyangkut pengelolaan lingkungan. Bahkan ungkapkan Sabran, warga juga merasa kecewa dengan sikap perusahaan yang diundang masyarakat desa untuk duduk bersama menyelesaikan masalah yang ada, selalu tidak hadir. (mr)