Dukung Syaukani, Hujat Suwarna Terus Menggema -Giliran Massa dari Kaum Guru
Lautan massa terhimpun FSG (Forum Solidaritas Guru) Kukar membanjiri Gedung DPRD. Tiada henti-hentinya mereka memberikan dukungan terhadap H Syaukani untuk tetap menjabat Bupati Kukar. Hujatan terhadap kebijakan Gubernur Kaltim Suwarna AF menempatkan Awang Dharma Bhakti juga menggema saat mereka berorasi baik di depan Gedung DPRD maupun kantor bupati.
Demo yang dilakukan kaum pengajar ini bentuk bukti ancaman yang sebelumnya telah dilontarkan FSG sebelumnya. Sejak pagi hari, ribuan guru ditambah siswa SMU telah berkumpul Di Stadion Rondong Demang Tenggarong. Mengendari sepeda motor dan puluhan roda empat, mereka konvoi menuju Gedung DPRD. Spanduk berukuran besar bertuliskan hujatan terhadap Gubernur maupun kerinduan mereka terhadap Syaukani, dibentang dihalaman DPRD. Tepat di depan pintu kantor dewan, dikomandani Ketua FSG Syamsul Haidir, mereka berorasi.
Kebijakan Suwarna merekomendasikan Awang Dharma Bakti menjadi PJs Bupati Kukar sama artinya melukai dan menginjak-injak harkat martabat rakyat Kukar. FSG hanya mengakui Syaukani sebagai pemimpin seperti yang rakyat kehendaki. Situasi kondusif yang telah menyelimuti Kabupten Kukar, tidak FSG inginkan berubah menjadi Aceh bila SK Mendagri hasil rekomendasi gubernur menempatkan Awang Dharma Bakti tidak segera dianulir. Di era dekomokrasi ini, tidak ada pemaksaan penempatan pimpinan oleh pemerintan pusat tanpa mempertimbangankan aspirasi rakyat yang ada di daerah.
“Guru merasa bahagia kalau Kukar tetap dipimpin Syaukani,” tegasnya.
Dibawah kepemimpinan Syaukani, masyarakat Kukar telah merasakan pemerataan pembangunan. Perubahan yang signifikan terlihat di berbagai bidang termasuk pendidikan yang oleh Syaukani sangat diperhatikannya.
Kurang lebih satu jam berorasi, massa bergerak ke kantor bupati dengan berjalan kaki yang berjarak tidak lebih 1 KM dari gedung dewan. Di halaman kantor ini, tidak kalah garang dan atusiasnya, FSG kembali berorasi. Nyel-nyel massa meneriakan Hidup Syaukani, Hidup Kaning terus mengema keluar dari 3 soudsystem diatas truk yang sengaja dirancang sedemikian rupa.Untuk yang kedua kalinya, didepan Asaisten I dan III Husni Thamrin dan Chairil Anwar, kembali berorasi FSG mendesak kepada eksekutif untuk segera menentukan sikap munculnya dualisme kepemimpinan di Kukar. Ancam FSG, para guru akan melukan mogok mengajar dan tidak ada kegiatan belajar selama tidak ditetapakannya Syaukani sebagai bupati.
Suwarna adalah murid salah didik yang ternyata pandai mengadu domba masyarakat Kukar. Suwarna telah melakukan pengkhianatan dan menginjak-injak harga diri masyarakat Kukar,” ujar mereka yang langung disambut demonstran Hidup Syaukani. Hidup Kaning.
Eksekutif dituntut untuk segera menetukan sikap dan FSG mengancam bila tidak mampu mengatasi dan memberikan dukungan kepada kepemimpnan Syaukani, para guru akan datang menghadap Mendagri.
“Kami akan berteriak dan melaporkan kepada dunia bawa demokrasi di Kukar telah mati,” lantang Haidir.
Kata Haidir, kedatangan para guru meskipun rela perpanas-panasan karena murni aspiratif bukan dimuati kepentingan politis. FSG sangat merindukan, sangat menyayangi, sangat mencintai sosok pemimpin seperti Syaukani. Tidak ada tempat di seorang pemimpin di Kukar ini atas pemaksaan seperti yang dilakukan Suwarna. Keinginan gubernur menempatkan Awang Dharma Bakti sama artinya menciptakan Aceh berpindah di Kukar.
Ditengah-tengah orasinya, suara Haidir yang sudah terdengar parau itu juga mengungkapkan kesedihannya, salah seoarng pengunjung rasa mengalami kecelakaan di tengah jalan.
“Untuk bapak-bapak eksekutif ketehui, saudara kami mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia karena ingin memperjuangan, mempertahankan dan sangking cintanya terhadap Bapak Syaukani,” ujar Haidir
Aspirasi secara tertulis diserahkan Haidir kepada Husni Tamrin yang janjinya akan segera melakukan koordinasi dan ditindak lanjuti.
Meskipun demo berjalan damai, ratusan petugas keamanan lengkap bersenjatakan pentungan dan tameng selalu siap siaga. Petugas dari Polres Kutai itu berdiri membentuk barisan tepat di depan kantor bupati. Akhirnya, ribuan guru dan siswa meninggalakan kantor bupati. (
GdR)