Rakyat Kukar Sambut SK Revisi
Alhamdulillah… seraya sujud syukur adalah pertama kali dilakukan Syaukani HR setelah diterbitkannya SK Mendagri No 131.44-Tahun 2005 93 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat Bupati Kutai Kartanegara (Kukar). Penantian panjang Rakyat Kukar pun berakhir, perjuangan berbuah kemengan. Mereka menyambut gegap gempita di sepanjang jalan yang dilalui Rombongan Pembawa SK mulai dari Bandara Balikpapan-Tengarong.
SK Mendagri yang ditandatangani dan dikelurkan tanggal 23 Februari 2005 itu memberhentikan dengan hormat H Awang Dharma Bakti. Tugas dan jabatan paling lama 6 bulan, lantas diserahkan dan diemban Drs Hadi Sutanto. Bukan urusan mudah dan cepat Mendagri merivisi SK, namun melalui proses yang cukup panjang. Sejak dikeluarkannya SK pengangkatan Awang tertanggal 9 Desember 2004 sebagai pejabat bupati, gelombang aksi demo tiada berhenti. Massa setiap hari turun ke jalan atau memadati kantor bupati dan DPRD, telah ‘merusak’ roda pemerintahan. Mereka meneriakkan kedzoliman ala Gubernur Kaltim Suwarna dengan cara menempatkan Awang tanpa prosedur yang benar. Berbagai elemen masyarakat, diantaranya melibatkan seluruh guru se-Kukar berjumlah ribuan ikut berjuang, mengakibatkan proses belajar di Kukar terhneti. Siswa yang ditinggalkan gurunya berdemo, ikut kleleran. Kukar yang selama ini kondusif, hari-hari telah berganti lautan massa berdemo menentang SK pengangkatan Awang DB.
Pemerintah pusat yang tampaknya masih memandang sebelah mata terhadap aspirasi massa, membuat DPRD harus mengambil langkah. Akhirnya 34 anggota dewan menyatakan mengundurkan diri bila Mendagri masih juga mempertahankan SK Awang DB. Menyusul pengundurun diri yang dilakukan sebanyak 34 pejabat pemerintah dan 14 camat. Mereka beramai-ramai ke Jakarta melakukan usaha dan cara agar Mendagri tidak hanya sekedar menghembuskan angin segar. Untuk memulihkan Kukar kembali kondusif, satu-satunya jalan merivisi. Perjuangan tanpa kenal lelah, selama dua pekan lebih berada di Jakarta, akhirnya berbuah manis. Akhirnya, tanggal 23 Februari Mendagri memberhentikan dengan hormat Awang DB dan mengangkat Hadi Sutanto. Tentunya kabar baik ini membuat rakyat Kukar kembali sumringah.
Jum’at (25/2), rombongan terdiri H Syaukani, Anggota DPRD dan mereka-mereka yang ikut berjuang, bertolak dari Jakarta menuju Tenggarong (Ibu Kota Kukar) membawa SK Revisi. Sejak pagi, massa telah berjubel di berbagi titik, di pinggir jalan-jalan yang akan dilalui Rombongan SK menyambut ‘kemenangan’. Begitu menginjakkan kakinya di bandara Sepinggan-Balikpapan, Rombongan SK langsung disambut massa yang memang sengaja telah menantinya sejak pagi. Sementara konvoi kendaraan baik roda dua dan empat dari Tengarong telah mempersiapkan diri menuju Kecamatan Loa Kulu (berjarak 10 KM), dimana Syaukani akan memberikan pidatonya.
Perjalanan Balikpapan-Tengarong yang semestinya hanya ditempuh waktu dua jam, kali ini dua bus dan puluhan mobil yang membawa rombongan harus berlama-lama di perjalanan. Pasalnya ‘Pahlawan Revisi’ harus berhenti dan menyalami ratusan massa yang berada di berbagai titik yang mengelu-elukan kedatangan SK Revisi. Semakin mendekati Kota Tenggarong, bertambah pula rombongan yang ikut konvoi sehingga memacetkan lalu lintas.
Puncaknya, di lapangan sepak bola Kecamatan Loa Kulu, Syaukani yang turun dari bus, massa langsung menyambar dan mengusung ke mimbar di atas truk yang telah disiapkan. Telah datang kemenangan. Tergambar jelas diwajah Syaukani kegembiaran dan keharuan terhadap massa yang begitu setiap terhadapnya. Tiada henti-hentinya, massa meneriakkan … Hidup Kebenaran… Hidup Keadilan. Di atas mimbar, sejenak Syaukani menyapa massa dengan memberikan pidatonya. Dengan terharu, Syaukani mengucapkan terimkasih kepada rakyat Kukar yang telah berjuang tanpa kenla lelah menengakkan keadilan. Keberhasilan berupa Revisi SK oleh Mendagri telah diraihnya. Syaukani mengajak seluruh rakyat untuk bergandengan tangan kembali, bersama-sama membangun Kukar.
“Kami tidak membeci atau menyalahkan siapapun orangnya. Namun yang kita perjuangan dan kita lawan selama ini adalah bentuk kesewenang-weangan dan ketidakadilan,” katanya.
Tidak lama memberikan pidato, Syaukani melambaikan tangan dan rombingan melanjutkan perjalanannya ke Tenggarong. Dari belakang, massa terlibat konvoi mengikuti sehingga berjejer ratusan kendaraan berarak-arakan.
(
GdR)