RDP Bersama DPRD dan Dinas PU, Warga Pertanyakan Sejumlah Proyek di Wilayah Hulu.
 Ketua DPRD Salehuddin,S,Sos ,.S.Fil ketika pimpin RDP (Foto: murdian) |
|
|
|
PEBERITAAN DPRD, Komisi I DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Dinas Pekerjaan Umum, Inspektorat, Camat dan beberapa Kepala Desa yang ada di wilayah Belayan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Rapat dipimpin langsung Ketua DPRD Kukar Salehuddin, S.Sos, S.Fil didampingi anggota komisi I partai Golkar, H Salehudin , SE, MM. RDP berlangsung di ruang Banmus, lantai II DPRD Kukar, Jalan Wolter Mongensidi, Tenggarong, pukul 09.20 Wita, Jumat (15/3)
Ketua DPRD Salehuddin, S. Sos mengatakan; RDP kali ini disamping melakukan silaturahmi juga rapat kerja terkait proses pembangunan jalan Kec. Kenohan dan peningkatan jalan Sebelimbingan, Tuana Tuha dan Jalan Poros Kahala yang menggunakan sumber dana APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Untuk diketahui pagu anggaran Peningkatan Jalan Jalan Kenohan Rp.24.284.288.746. sedangkan Peningkatan Sebelimbingan ( Jalan Poros Kahala) sebesar Rp.12.886.587.000.
 H. Salehudin,SE,.MM salah satu anggota komisi I (Foto: murdian) | |
|
|
"Ketersediaan dana yang ada ini, sudah barang tentu harapan kami sebagai pimpinan, anggota dewan dan masyarakat yang berada di wilayah hulu mempunyai harapan besar jalan yang ada bisa secepatnya bisa digunakan dan dinikmati oleh masyarakat," katanya
"Kekhawatiran berbagai pihak termasuk masyarakat ini sering mereka lontarkan baik secara langsung maupun lewat media sosial mempertanyakan penyelesaian jalan yang ada. Untuk menepis kekhawatiran, maka DPRD sengaja mengundang Dinas PU dalam RDP bersama masyarakat, kepala desa dan dinas teknis agar jelas regulasinya dan kendalanya seperti apa". Ungkap Salehuddin
H. Salehudin menambahkan , Terkait uji coba Soil Stabilizer yang menggunakan campuran tanah dilekatkan, ini sudah diuji coba di Kec Kembang Janggut dengan dana Rp. 3 miliar, sedangkan untuk jalan poros Sebelimbingan Kecamatan Kota Bangun ini Rp 8 miliar.
 warga sampaikan langsung Kekhawatiran mereka ke anggota Dewan (Foto: murdian) | |
|
|
"Tapi apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita, boleh dikatakan gagal khususnya yang dilakukan di Sebelimbingan. Pertama, tidak rata. Kedua, badan kiri kanan jalan tidak sekuat semen biasa karena parit kiri kanan jalan tidak ada. Dari pada membuang percuma anggaran yang cukup besar lebih baik jangan dilanjutkan, lebih baik menggunakan rigit K 300 yang lebih baik dan dengan biaya yang tidak terlalu jauh.
Begitu pula dengan pengerjaan jalan jembatan Kliran dua ini sudah rampung tapi sampai saat ini belum bisa dilewati malah ada dipasang portal, hingga masyarakat harus menggunakan jembatan darurat yang dibikin masyarakat yang harus bayar .
“Terus terang saya anggota DPRD saja terasa berat ketika setiap minggu pulang pergi ke tempat orang tua di Kembang Janggut harus bayar, apa lagi masyarakat yang setiap hari menggunakan jalan yang ada," keluh H Salehudin
Kepala Desa Genting Tanah, Kasman menuturkan terkait penggunaan Jembatan Kliran 2, techhnical space soil dan rigit di proyek tahun 2019 Sebelimbingan dan Peningkatan Jalan Hambau - Loa Sakoh 2019, sangat didambakan masyarakat pedalaman.
Kami melihat Jembatan Kliran pengerjaannya sangat lambat dan pondasi menggunakan kayu ulin sangat kecil, jika dilintasi mobil 3 ton saja, saya rasa sudah rusak, bisa ambruk.
Saat ini yang kita permasalahkan anggaran sudah tersedia, tapi regulasi pengerjaanya sangat lambat dan terlihat tidak bertahan lama, oleh sebab itu kita minta kepada wakil rakyat khususnya yang berada di dapil VI mencarikan solusi kasihan selama ini masyarakat kita menangis bahkan banyak korban ketika melintasi jalan sepanjang 23 Km”. ungkap Kasman atau biasa disapa Ciko.
Kepala Desa Tuana Tuha, Kecamatan Kenohan Tommy mengatakan dari awal sudah ragu dengan pengerjaan soil stabilizer dan sudah prediksi hanya bertahan 6 bulan, karena ini tidak cocok dengan kondisi alam yang ada di pedalaman sungai Belayan yang berawa dan mudah banjir.
Soil Semen hanya menggunakan lapisan tanah tidak menggunakan koral batu jika dilewati mobil besar ini pasti akan hancur, rata -rata mobil sawit yang melintasi jalan Tuana Tuha ini di atas 10 ton, jadi jika kita paksakan dana kita yang miliaran rupiah itu terbuang percuma.
”Kita harapkan 2019 ini jangan sampai terulang lagi, jangan sampai daerah kami sebagai percobaan produk tapi menghabiskan dana masyarakat miliaran rupiah,” ucap Tommy. (
mur)