DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Pemimpin Jiwa Besar

Pemimpin Jiwa Besar


Sejak Drs H Syaukani HR melangkah diri terjun di dunia politik, saat itu pula serangan kepada dirinya yang bersifat tendesnsius bahkan fitnah tak pernah henti-hentinya mewarnai debut krier politiknya. Fitnah dilontarkan tak tanggung-tanggung, semua menjurus kepada penghancuran kredibilitas kharisma diri sebagai seorang bapak, poltisi pemimpin, dan sebagai seorang beragama. Serangan yang ditembakan kepadanya, bagi orang awam barang kali itu bisa membuat kita kalap bahkan tak mampu menguasai diri.
Namun sebaliknya, Syaukani yang sungguh terbiasa dengan hal-hal berbau fitnah itu tidak sedikitpun gentar dan terpengaruh terhadap isu dan fitnah tersebut. Malah isu dan fitnah dijadikan sebagi rambu-rambu atas dirinya untuk lebih berhati-hati dalam setiap gerak dan langkahnya mengarungi dunia politik.

Sejah Syaukani melangkah kaki memasuki gelanggang politik, dia sadar bahwa alam itu adalah arena panas yang penuh dengan persaiangan sehingga apapun cara untuk merebut selalu diupayakan. Tidak peduli dengan cara sehat atau tidak. Makanya upaya salaing menjatuhkan diantara pesaing merupakan dinamika politik. Tapi Syaukani tak ingin merebut kemenangan politik dengan cara-cara yang tidak sehat. Landasan etika sebagai bangsa yang bermoral di negara hukum tetap menjadi bagian kepribadian untuk berinteraksi dan berkomunikasi politik. Sikap ini ada karena Syaukani mengawali langkah dirinya dengan niat (nawaitu) yang baik dan bersih hanya semata-mata ibadah berjuang unyuk rakyat. Dengan landasan niat itulah, segala kedengkian, fitnah dan isu yang menyerang selalu hancur. Dia tetap tegar dan bersandar apa yang dibuatnya semoga mendapat Ridho Allah.

Menjelang Pilkada Kukar Rabu 1 juni 2005 besok, serangan fitnah dan isu kembali menyerbu diri Syaukani. Lagi-lagi dia tak gentar akan masalah itu. Dia selalu berusaha untuk berjiwa besar. Peribahasa makin tinggi makin kencang anginnya adalah hal yang lumrah. Dia sadar betul akan konsekuensi itu. Syaukani tidak pernah berniat untuk membalas fitnah dengan fitnah. Sebab bila fitnah itu juga dibuatnya maka dia yakin doanya kepada Allah barang kali tidak akan dikabulkan, malah sebaliknya berdosa.

Kesabaran diri Syaukani sepadan dengan kharismanya. Murah senyum dan pemaaf cermin dari orang muslim yang beriman dna merupakan figur tepat bagi pemimpin rakayt Kukar. Sebagai seorang pemimpin, Syaukani tidak saja diterpa dan kedengkian tapi juga penghinaan. Tidak sedikit orang dijadikannya, tadinya tidak punya jabatan dan kedudukan politik, justru menjadi pengkhianat dan lawan dalam berjuang. Tapi lagi-lagi, Syaukani tidak menaruh dendam dan goresan hitam dihatinya. Dia malah menganggap trageni pengkhianatan adalah cobaan dan rintangan untuk berbuat baik bagi rakyat Kukar.
Meski air susu dibalas dengan air tuba, tapi tidka menyurutkan Syaukani untuk tetap bersikap terbuka, rendah hati dan pemaaf. Dia punya filosofi meski orang jahat kepadanya tetapi tidak dibalasnya dengan air tuba malah terus diberi madu atau susu.
Dia ingin setiap yang berinteraksi dengannya selalu dapat tersenyum. Karenanya senyum itu adalah ibadah. Jika profil diri Syaukani sudah mampu berbuat seperti itu, maka pantaaslah bila dia menjadi pemimpin besar di Kutai Karatengara
(pkt)