DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Syaukani : Aswin Gigih

Syaukani : Aswin Gigih

LULUSNYA disertasi ilmu ekonomi untuk gelar doktor Ir HM Aswin MM di hadapan 7 penguji Dosen/Guru Besar Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, termasuk penguji tamu Dr H Syaukani HR SE MM (Bupati Kukar) dan Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Dr Priyono Tjiptoheriyanto (mantan Sekretaris Negara RI), awal Desember 2005, mendatangkan pujian khusus Syaukani kepada Aswin. Dikatakannya Aswin gigih dalam menuntut ilmu.

Saya kenal lama dengan Aswin. Saya tahu, Aswin termasuk PNS yang sangat gigih dalam meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan formal. Saya sangat bangga. Karena itu saya tak segan-segan untuk mengeluarkan dana tambahan bagi Aswin supaya pendidikan yang ditempuhnya selesai dengan baik dan memuaskan, papar Syaukani, begitu Aswin dinyatakan lulus meraih gelar doktor dengan predikat lulus sangat memuaskan.
Siapa saja PNS di lingkungan Pemkab Kukar yang gigih menuntut ilmu lebih tinggi, tambah Syaukani, maka dirinya tak akan segan-segan untuk menyisihkan dana pribadi atau pun menyetujui biaya pendidikan dinas melalui anggaran Pemkab guna membiayai PNS bersangkutan dalam menuntut ilmu.
Di hadapan tim penguji dan sekitar 200 undangan yang menghadiri ujian disertasi doktor Aswin di Kampus Unibraw, Kamis (1/12), Syaukani secara terbuka menyatakan rasa bangganya terhadap Aswin yang tercatat sebagai bawahannya yang loyal.
Tidak ada kata lain yang patut saya berikan untuk Aswin, selain kata kebanggaan. Saya bangga, Aswin yang gigih, yang tak kenal menyerah dalam menuntut ilmu, hingga meraih S3 atau doktor sebagai pendidikan formal tertinggi, sangat patut menyandang gelar ini, ujar Syaukani dengan nada riang.
Ia berharap, Aswin bisa mengamalkan ilmu yang didapatnya. Paling tidak sebagai PNS, sebagai abdi rakyat, akan lebih memiliki kemampuan dalam memberikan pengabdiannya dan pelayanannya kepada rakyat. Dengan ilmu yang ada, bila diamalkan tentunya akan menambah nilai ibadahnya, karena pendidikan yang dijalani itu sendiri sudah merupakan ibadah, kemudian diamalkan dengan benar tentu nilai ibadahnya akan berlipat ganda.
Apalagi Aswin masih tergolong muda. Baru 42 tahun sudah meraih gelar doktor, tentu perjalanan kariernya masih panjang,” kata Syaukani yang mendampingi langsung ketika ucapan selamat diberikan untuk Aswin. Secara khusus, Syaukani sendiri juga memberikan ucapan selamat dengan pelukan haru dan suka cita.
Di bawah ini disajikan wawancara Pimpinan Redaksi Garda Darkoni dengan Syaukani:

Sebagai Bupati, apa harapan Bapak terhadap Aswin yang kini sudah berhak penuh menyandang gelar doktor di depan namanya?

Saya ingin Aswin tetap dengan sikapnya seperti sekarang ini, yakni tidak mudah menyerah dan tidak gampang berpuas diri, mememiliki pendirian, loyalitas, berdedikasi. Yang namanya ilmu itu, harus dituntut dari sejak buaian hingga ke liang lahat. Kini Aswin sudah menuntaskan pendidikan tertinggi, tinggal mengamalkannya kepada masyarakat. Sebagai seorang PNS di era global ini memang sangat dituntut memiliki kecerdasan. Akan tidak berguna titel panjang di depan atau di belakang namanya kalau titel tersebut tidak mencerminkan kecerdasan si penyandang titel.
Saat ini banyak penyandang titel yang panjang, berderet. Bahkan di lingkungan pemerintahan Kukar sendiri banyak yang bertitel panjang berderet tetapi yang bersangkutan sama sekali tidak memiliki kemampuan dalam menjalankan tanggung jawab. Sehingga, titel atau gelarnya seperti tak ada gunanya. Kepada Aswin saya berharap, amalkanlah ilmu yang didapat seoptimal mungkin. Amalkan dalam gerakan-gerakan pembangunan secara umum, sehingga kelak ilmu tersebut bisa ditularkan atau diwariskan kepada masyarakat. Yang namanya ilmu bila diwariskan bukannya berkurang, malah bertambah.

Siapa saja yang bertitel panjang di lingkungan Pemkab yang Bapak maksudkan tidak memiliki kemampuan menjalankan tanggung jawab dan loyalitas?

Banyak. Tetapi untuk menjaga etika, saya pikir nama-namanya tak perlu disebutkan. Yang jelas tidak perlu gelar ditambahkan di depan atau di belakang nama dengan rasa kebanggaan kalau skill yang bersangkutan tidak mencerminkan dengan panjangnya gelar yang dipajang. Semua akan jadi semu. Bahkan bisa ditertawakan orang dan jadi omongan negatif.
Dalam kinerja seseorang sebenarnya tidak terpengaruh dengan panjangnya gelar. Yang membuat diri seseorang itu memiliki pengaruh maupun kemuliaan di lingkungan masyarakat, ditentukan oleh skillnya. Bila skillnya baik, walau hanya lulusan S1, sudah pasti akan mendapat tempat sesuai dengan skillnya.

Apakah sebagai Bupati Pak Syaukani berharap SDM di lingkungan Pemkab bergelar doktor semua, terutama pejabat teras sebagai penentu suksesnya roda pemerintahan di Kukar, lebih-lebih untuk menyukseskan Gerbang Dayaku jilid dua ini?

Harapan itu tentu saja ada. Namun saya perlu sebutkan, tirulah semangatnya Bung Aswin. Dalam kesibukannya sebagai PNS, ia sempat-sempatkan kuliah bolak balik Malang-Tenggarong kurang lebih tiga tahun demi meningkatkan ilmu yang tentunya sangat berguna bagi kinerjanya sebagai abdi rakyat. Kepada PNS-PNS yang lainnya, jangan pernah mengenal kata jenuh dalam menuntut ilmu. Lebih-lebih kepada yang muda-muda.
Saya pribadi mengaku sangat terlambat dalam menuntut ilmu gelar doktor. Pada usia 57 tahun, baru gelar pendidikan tertinggi itu bisa saya raih. Ini menunjukkan semangat saya kalah dengan Aswin. Namun yang namanya menuntut ilmu itu tak ada kata terlambat.

Dengan gelar doktor ini, apakah Bapak yakin kalau Aswin bisa lebih maju baik dalam berpikir maupun dalam bertindak?

Tentu saja. Makin baiknya ilmu seseorang, tentu akan diikuti oleh kian baiknya cara berpikir dan bertindak orang tersebut. Saya yakin, Bung Aswin akan kian bijak dan tambah percaya diri dalam melangkah meniti karier.
Seperti yang saya katakan tadi. Saya mengenal Aswin sejak dulu sama-sama baru memimpin Golkar di Kutai. Sejak itu saya tahu, Aswin orang yang tidak pernah jenuh belajar dan mencari ilmu. Saya yakin, setelah gelar doktor ini diraihnya, ia tidak akan berhenti disitu saja dalam mengejar dan mencari ilmu.

Bapak tadi menyebutkan sangat bangga terhadap Aswin. Apakah ini merupakan isyarat bahwa bapak nanti akan memberikan dorongan terhadap karier Aswin ke depan?

Siapa pun akan saya beri dorongan. Bukankah memberikan dorongan semangat kepada orang lain itu merupakan ibadah yang mendatangkan pahala. Bukan saja Aswin, siapa pun yang loyal memiliki dedikasi akan saya beri dorongan dalam menempuh karier.

Dorongan secara khusus kepada Aswin?

Saya hadir jauh-jauh dari Tenggarong untuk menjadi anggota penguji disertasi Aswin ini sudah merupakan dorongan khusus. Selain itu saya juga menyumbangkan dana agar studi Aswin ini berjalan lancar. Apakah ini bukan dorongan khusus namanya. Bahkan tadi sebelum Aswin menjalani ujian ini, saya berdoa agar Aswin lancar mengikuti ujian yang cukup berat ini. Nyatanya, Aswin lulus dengan predikat sangat memuaskan. Saya turut puas.

Sebagai murid Bapak dalam politik, apakah Bapak melihat Aswin memiliki kelebihan?

Jelas. Kelebihan Aswin bergelar doktor. Sementara yang lain belum. Ini kelebihan Aswin. Kelebihan yang sangat patut dicontoh oleh yang lain.

Kelebihan dalam berpoilitik?

Aswin dilarang berpolitik. Kenapa, karena ia masih berstatus pegawai negeri. Sekarang ada aturan yang mengatur PNS tidak diperkenankan main politik, terkecuali ia pensiun atau berhenti jadi PNS. Kalau sudah bukan PNS, maka ia bebas berkiprah dalam dunia politik.

Apakah kelak Aswin memiliki kesempatan menggantikan kedudukan Bapak sebagai bupati?

Siapa saja sangat mungkin dan sangat memiliki kesempatan. Termasuk Aswin. Bukan hanya Aswin. Siapa pun yang berkeinginan mengembangkan diri untuk menjadi bupati, itu menandakan dirinya berpikir positif. Aswin atau siapa pun punya hak yang sama untuk mengembangkan diri termasuk menjadi bupati atau menjadi apa saja dengan tujuan mengembangkan karier. Saya sangat menghargai orang yang mau maju.
(kon)