Dalam Pelayanan Air Bersih ---- ALTRA tak bisa diharapkan
TARGETNYA sekitar 2 tahun bisa dinikmati proyek pelayanan dan penyediaan air bersih (minum) untuk masyarakat di Kutai Kartanegara (Kukar) yang dikerjakan PT Altra. Kenyataannya, sampai kini (sudah tiga tahun) lebih, proyek bernilai puluhan miliar rupiah itu tidak juga terwujud. Malah “mengganggu” program PDAM dalam mengatur tarif.
Sebagaimana dikatakan Direktur Utama PDAM Kukar H Awang Yacoub, janji Altra sangat memberi harapan. Kenyataannya, pekerjaannya sampai kini belum menghasilkan. Bahkan terkesan macet. “Apa yang bisa diharapkan, bila sampai kini Altra belum mewujudkan hasil kerjanya,” ujar Awang kepada wartawan baru-baru ini.
Awang mengakui, akibat belum terwujudnya hasil kerja Altra tersebut, PDAM juga belum bisa memaksimalkan pelayanan pengadaan air bersih kepada masyarakat (pelanggan) terutama di Tenggarong. Akibat dari itu pula, PDAM belum bisa menerapkan (memberlakukan) tarif baru. Bagaimana mau memberlakukan tarif baru kalau pelayanannya belum masksimal. Untuk tetap eksis memberikan pelayanan, PDAM memutuskan melakukan pelayanan secara mandiri kepada pelanggan, artinya tak perlu lagi berharap kepada PT Altra.
Sebagaimana diketahui, PT Altra adalah kontraktor yang mengerjakan proyek raksasa pembangunan instalasi air bersih di daerah ini. Bahkan Altra sempat sesumbar, bahwa bila proyek ini selesai, maka pelayanan air bersih bakal memuaskan. Air yang dihasilkan (keluar dari kran) tidak perlu lagi dimasak, bisa langsung diminum dan air tak akan macet mengalir kepada para pelanggan. Pekerjaan itu dimulai sejak 2002. Namun sampai 2006 ini tidak menunjukkan hasil apa-apa. Jangankan air yang bisa langsung diminum dari kran, mengucurnya saja kebanyakan macet dan produksi airnya keruh.
Dinas PU sebagai mitra kerja sekaligus pengawas secara teknis di lapangan pernah melakukan teguran keras kepada Altra, tetapi keberadaan Altra tetap tidak berubah alias masih stagnan. PDAM juga tidak tinggal diam melakukan koordinasi dan memberikan masukan kepada Altra, namun tidak digubris alias dipandang sebelah mata.
Sementara para pelanggan air bersih banyak mengeluh bahwa pelayanan belum maksimal. Lantaran belum maksimal inilah PDAM tidak berani memberlakukan tarif baru. Padahal sudah diprogram, mulai 2006 diberlakukan tarif baru air bersih. “Bila sampai saat ini pelayanan masih dikeluhkan pelanggan, bagaimana kami bisa memberlakukan tarif baru,” ujar Awang.
Pihaknya juga belum bisa memastikan mulai kapan bisa memberlakukan tarif baru. Sepanjang pelayanan belum maksimal, tampaknya sepanjang itu pula tarif baru tidak diberlakukan. Sampai saat ini PDAM memasang tarif Rp1000 permeterkubik air bersih. Idealnya tarif itu Rp2000 permeterkubik guna bisa menutupi biaya produksi yang kian tinggi. (
Darkon)