DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: FOPGAS Tawarkan, Petrokimia&Bio Diesel

FOPGAS Tawarkan, Petrokimia&Bio Diesel




TARGET proyek pipanisasi yang diperkirakan “bertahan” 20 tahun menjadi keyakinan BPH Migas Pusat melelang hak khusus pembangunan jalur pipa gas Bontang-Semarang. FOPGAS kencang menolak dan memberikan alternatif industri Petrokimia dan Bio Diesel.

OPTIMISME BPH Migas tersebut, memang beralasan. Berdasarkan riset data: Dokumen Lelang Hak Khusus Ruas Transmisi Gas Bontang-Semarang, yang dikeluarkan BPH Migas 28 Desember 2005, kapasitas gas di Kaltim mampu menopang pasokan energi di pulau Jawa yang kini mengalami masa kritis.
Tetapi yang menjadi persoalan FOPGAS Bontang. BPH Migas tidak mencatat dengan cermat bias negatifnya terhadap kehidupan sosio ekonomi masyarakat Kaltim, khususnya di Kota Bontang. Bahkan Ketua FOPGAS Alief Bachtiar yang menandatangani surat penolakan atas rencana proyek pipanisasi gas Bontang-Semarang menegaskan, Pemerintah Pusat yang memiliki wewenang tinggi terhadap pemasokan gas domestik harus menghentikan rencana pipanisasi tersebut. Sebab, bagi Alief, alokasi gas yang berada di Bontang sudah mengalami penipisan.“Ironis apabila melihat kondisi kemampuan produksi gas alam di Bontang yang sekarat diperparah dengan rencana pipanisasi,” ungkapnya.

FOPGAS sendiri bukan tidak ada alternatif lain untuk “mematahkan” proyek pipanisasi gas Bontang-Semarang. Dalam presentasinya di Ruang Sidang Paripurna DPRD Kukar, FOPGAS memaparkan konsep alternatif dengan rencana pengembangan industri Petrokimia dan Bio Diesel yang lebih memiliki manfaat bagi kehidupan sosio-ekonomi masyarakat Kota Bontang dan kota- sekitarnya.
Kawasan Kalimantan yang termasuk dalam daftar pemasok gas alam terbesar di Indonesia, disamping pulau Jawa dan Sumatera. Dengan langkah pengembangan industri Petrokimia dan Bio Diesel diprediksi, neraca Indonesia bakal menanjak dalam kurun waktu 2006-2010. Pemkot juga digandeng untuk bekerja, sebab usaha tersebut memerlukan gerak dan kerja pusat-daerah. Dengan keuntungan US $ 20-30 Sen per juta kaki kubik perhari, bukan mustahil Indonesia akan berubah status dari negara berkembang menjadi negara maju pada akhir tahun 2011. Untuk itu, terpaksa LNG harus di restrukturisasi menjadi Petrokimia.

Indonesia sebagai negara berpenduduk paling padat se-Asia Tenggara tidak sepantasnya kalah saing dengan negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura, yang dengan keterbatasan wilayahnya, mereka justru mampu berkembang pesat melebihi republik ini.
Alief Bachtiar, yang juga ketua FOPGAS menjelaskan, untuk merancang pengembangan industri Petrokimia dan Bio Diesel diperlukan langkah strategis. “Langkah-langkah yang strategis itu telah direncanakan dengan seksama, sehingga nantinya pengembangan industri Petrokimia dan Bio Diesel mampu menuai kesuksesan bersama,” ucap Alif Bachtiar.
Industri akbar itu rencananya akan dibangun dalam kawasan yang di yakini terintegrasi. Tentunya sesuai dengan pohon industri, juga infrastruktur yang memadai. Sehingga diharapkan mampu menjadikan bahan baku dan utilitas yang kompetitif serta memiliki reliabilitas yang tinggi. Ditunjang dengan adanya kebijakan dari pemerintah mengenai insentif pajak, menjadikan perindustrian berpotensi tinggi. Sedangkan pungutan pemerintah ditentukan dari melihat kemampuan perusahaan dalam meraup keuntungan.

Industri tersebut akan sangat selektif dalam memilih partner investor. Investor yang dipilih adalah yang tipe bisnisnya industrialis, bermodal kuat, serta mempunyai pasar, juga teknologi yang bisa bertahan dalam dunia persaingan.
“Bio Diesel merupakan bahan bakar yang diperuntukkan bagi mesin diesel yang berasal dari minyak nabati,” ujar Alief.
Diramalkan 2006 ini, kebutuhan bahan bakar diesel masyarakat Indonesia akan mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk transportasi saja, sudah menguras 18,34 billion liter dari total yang ada, yaitu sebesar 34,71 billion liter. Segepok rupiah senilai 15 triliun menjadi nominal yang musti ditebus untuk melaksanakan pipanisasi dari Bontang-Semarang sepanjang 1219 km.

“Pemanfaatan gas bumi untuk pengembangan Industri Petrokimia yang terintegrasi dengan Bio Diesel dapat memberikan value added yang tinggi di wilayah Kaltim dengan mengoptimalkan multiplier effect dari agro industri CPO dan minyak pohon jarak,” tambah Alief.
Ia juga menerangkan, Industri Petrokimia yang terintegrasi dengan Bio Diesel akan mampu memberikan insentif dan kemudahan memperoleh kontrak gas dengan harga tinggi.
“Kemudahan investasi lainnya kepada para calon penanam modal. Explorasi gas alam diharapkan mampu mendongkrak perekonomian Indonesia dalam persaingan usaha dunia,” tegas Alief.
(ab)