Sekolahku Sayang, Sekolahku Malang
 Meski Ruang Kelas Banjir, Semangat Belajar dan Mengajar Tak Pernah Pudar (Foto: dokumen garda rakyat) |
|
|
|
“Pendidikan adalah investasi masa depan,” demikian tegas Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Prof Dr Syaukani HR MM di banyak kesempatan. Bukan hanya itu saja, dalam beberapa sambutan pidatonya pun, Syaukani pernah memaparkan “Dengan modal pendidikan, Kukar dapat menghasilkan SDM yang unggul.”
Pendidikan adalah paspor menuju masa depan masyarakat yang beradab. Sejarah mencatat, Jepang mampu menjadi negara besar dan memiliki peradaban bangsa karena kualitas SDM masyarakatnya yang unggul. Demikian pula Mesir, dapat menjadi bagian pusat peradaban Islam karena kesadaran masyarakatnya yang tak bosan menuntut ilmu. Dan masih banyak negara lainnya, yang besar karena kesiapan SDM-nya. Tapi, bagaimana dengan Kukar apakah dapat menjadi daerah yang tidak hanya dikenal kaya karena SDA-nya, tapi juga kaya akan SDM-nya? Jawabanya kembali kepada pemerintah dan masyarakatnya.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan menjadi kunci untuk membangun daerah ini. Tentu kesadaran itu tidak cukup hanya pada tataran membebasakan biaya sekolah, tapi juga yang tidak boleh abaikan adalah perhatian pemerintah terhadap masalah infrastruktur pendidikan yang ada di Kukar. Dalam kaitan ini, infrastruktur mencakup segala sarana penunjang pendidikan, termasuk persoalan data jumlah kerusakan sekolah terparah di Kaltim ada di Kukar, yang beberapa waktu lalu pernah dilansir di situs samrinda.go.id. Data yang bersumber dari Dinas Pendidikan Nasional (Depdiknas), itu kemudian diterima Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kaltim.
 Lantai Ruang Kelas SDN 009 Tenggarong yang Tampak Rapuh (Foto: gu2n) | |
|
|
Data banyaknya sekolah rusak di Kukar itu memang mengejutkan. Namun, Kepala Disdik Kukar Drs H M Idrus SY Msi, membantah, jika kerusakan sekolah terparah ada di Kukar. Kepada wartawan Garda Rakyat, Purwati, Idrus menjelaskan, data-data sekolah rusak terparah itu belum diketahui sumbernya. Disdik Kukar sendiri memiliki tim lapangan yang mendata sekolah rusak di daerah ini. “Jadi kami tahu persis jumlah sekolah rusak yang ada,”jelas Idrus, saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu.
Entah. Darimana sumber data-data “sekolah rusak terparah” tersebut. Namun yang pasti upaya pemerintah di daerah ini untuk membenahi sarana pendidikan PR yang harus diselesaikan. Mungkin saja kerusakan sekolah benar adanya. Atau bolah jadi data-data yang dipaparkan Depdiknas salah kaprah. Karena fokus pendataan bukan pada sekolah, tapi beberapa ruang kelas sekolah yang memang diakui Idrus masih dalam tahap renovasi.
Tak ingin disebut “data isu” mengenai masalah data-data sekolah rusak tersebut. Tim Garda menyusuri beberapa sampel wilayah untuk melihat langsung kondisi sekolah rusak yang ada di Kukar. Dari Sanga-Sanga hingga kampung hulu Mahakam yang pernah dijajaki tim Garda dalam tahun ini tampak terlihat potret sekolah rusak. Bahkan, di Tenggarong sendiri sebagai Ibu Kotanya Kukar, tim Garda menemukan kondisi sekolah yang memperihatinkan, seperti SDN 009 yang dijajaki tim. SDN yang terletak di Jalan Danau Aji 61 itu, menurut Sumardi salah seorang guru di sekolah tersebut, masih dalam tahap perbaikan. Jumlah kelas SDN 009 itu awalnya 18 kelas yang terpakai. Karena saat ini ada perbaikan, maka kelas yang bisa digunakan pun hanya 8 ruang kelas. “Kita berharap rehab kelas itu tidak kelamaan,” keluh Sumardi.
 Perehaban Sekolah SDN 009 yang Kini Sudah Memasuki Tahun Kedua (Foto: gu2n) | |
|
|
Tak cukup menungkapkan lambannya penyelesaian rehab sekolah. Sumardi pun mengajak tim Garda untuk melihat-lihat langsung kondisi riil kelas yang belum direhab. Ruang kelas yang kumuh, meja yang rusak, pelapon bocor, hingga lantai dan dinding berlubang, ditunjukan Sumardi. “Inilah SDN 009,” selorohnya. Bahkan, seorang guru di SDN itu, Drs Sugiyah, juga mengungkapkan kesedihannya, kami tidak dapat berbuat banyak dengan keadaan kelas yang rusak itu. “Apalah daya kami sebagai guru,” tuturnya, yang selalu diamini seorang guru bernama Rusi Lumandagoal. Seharusnya, tambah Sugiyah, pemerintah daerah cepat menyelesaikan bangunan itu.”Ini sudah jalan 2 tahun,” tuturnya.
Ke mana lagi berharap. Pastinya ke pemarintah daerah. Kerusakan sekolah tentu saja akan mengganggu jalannya proses belajar dan mengajar di sekolah. Begitu pula berapa pun jumlah data sekolah yang rusak di daerah ini tidaklah terlalu perlu diperdebatkan. Dan yang terpenting PR untuk pemerintah Kukar sekarang lewat Disdik-nya adalah terus membenahi sekolah-sekolah rusak tersebut. Bagaimana kita akan mendapatkan “paspor masa depan,” meminjam istilah Bupati Syaukani mengibaratkan pendidikan sebagai jalan menuju masa depan yang lebih baik, sementara “alat pencetak” paspornya rusak. Karena itu, anggran 21% untuk pendidikan dari APBD Kukar tahun 2006 ini hendaknya juga dipertajam pada pembenahan infrastruktur pendidikan di daerah ini. Dengan itu, kita berharap kualitas pendidikan di Kukar lebih meningkat. (
gu2n)