Pra-UAN, Hanya 50% Lulus
 SMPN 1 Tenggarong tampak dari muka (Foto: ab) |
|
|
|
Belum lama ini digelar Pra Ujian Akhir Sekolah (UAN) di beberapa sekolah di Nusantara termasuk di Kabupaten Kukar. Cukup disayangkan karena hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan, hanya 50 persen peserta Pra UAN yang lulus.
Standard kelulusan yang sekarang diberlakukan, tak kuasa digapai leh para anak sekolah. Padahal, nominal dari jumlah rata-rata yang diminta hanya mengalami penambahan tidak lebih dari angka 1, yakni yang mulanya 4,25 berubah menjadi 4,26. Naas sekali pada tahun “anjing” ini mungkin dewi fortuna belum berpihak. Dari prosentase yang ada, tercatat tidak genap 50 persen peserta Pra UAN yang lulus. Dari beberapa siswa, ada satu mata pelajaran yang kandas, dan tidak jarang ditemui siswa memiliki nilai merah. Dan tidak satupun element yang pantas ditunjuk sebagai biang keladi, baik murid sendiri, tenaga guru, maupun peran dari orang tua wali murid. Ataua bahakn dinas tehnis terkait. Ini memang baru sebatas pra, tetapi penting kiranya untuk dijadikan cambuk semangat guna mneghadapi UAN yang sesungguhnya.
 Infrastruktur SMPN 1 Tenggarong memasuk masa rehab (Foto: ab) | |
|
|
Apabila data kelulusan pra ujian nasional tingkat SMP Kukar hanya mencapai 15,70% maka sudah barang tentu SMP Negeri 1 Tenggarong termasuk yang 15 persen. Kebanyakan dari siswa yang menempa ilmu disana, ternyata mampu menunjukkan profesionalitasnya. Khusus untuk pelajaran matematika, nilai yang diraih oleh siswea Kelas III adalah 9,33. Sangat diatas rata-rata standar kelulusan dan perlu dibudidayakan, supaya mata pelajaran yang lainnya bisa kena imbas.
Sedangkan untuk Bahasa Inggris, hasilnya lumayan sekitar 5,50 dan sudah bisa dinyatakan lulus. Bahasa Inggris di seluruh SMP dalam ruang lingkup Kukar, mempunyai record tertinggi 8,80. Sementara point untuk juru kunci adalah 2,40. Bagi yang dibawah 4,26, bahkan untuk siswa yang mempunyai nilai 2,40 musti waspada. Pasang kuda-kuda dari sekarang mumpung retang waktu UAN masih panjang.
Pelajaran Bahasa Indonesia, SMP 1 Tenggarong juga cuma meraup angka 5,87. Tercatat nilai rata-rata tertinggi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 8,80 dan yang paling rendah 2,40.
Semua pihak telah mengupayakan yang terbaik dalam menghadapi pra-UAN kemarin. Berbagai solusipun dilaksankan. Seperti menambah jam pelajaran diluar waktu normal, pengayaan, serta latihan ujian (try out) bekerja sama dengan lembaga bimbingan belajar terkait. SMP 1 yang sekarang tengah merias diri (rehab), memberlakukan system pengayaan, karena dianggap tidak terlalu menyita waktu para anak didiknya.
Kepala SMP Negeri I Tenggarong Idris, mengaku berbangga hati karena siswa yang lulus dari seolah yang dipimpinnya mampu berkiprah di SMA yang dipandang top. Telah lama SMP satu tenar dengan banyaknya murid yang diterima di SMA seperti SMA 1 dan SMA 3 Unggulan.
“Bahkan ada murid diterima SMA 10 Melati Samarinda. Catatan ini perlu didokumetasikan serta dibanggakan, namun jangan sampai terlena. Perjuangan belum usai, masih segudang tantangan ilmu yang harus dihadapi dengan kepala tegak,” kata Idris Bangga.
Idris menjabarkan, SMP 1 Tenggarong bukanlah sekolah mewah. Lihat saja betapa susahnya mengatur keterbatasan ruang belajar. Untuk kelas 1, disediakan 8 ruang kelas, kelas II sebanyak 10 ruang, serta siswa paling atas (kelas 3) mendapat jatah 9 ruang belajar. Dengan total 1.068 murid, ternyata daya tampung yang ada menjadi luber. Untuk menyiasatinya, Idrus memberlakukan system masuk pagi serta siang. Ada sebagian murid yang dikenakan jam sekolah normal, sebagian lagi memperoleh nasib untuk masuk sekolah mulai jam 13.00 sampai jam 17. Dari 1.068 siswa, masuk siang berjumlah 358 dan guru pengajar di tuntut kerja extra, setidaknya sampai masa rehab gedung selesai.
(
ab)