Menunggu Laba Perusda
 Kantor Perusda Tunggang Parangan (Foto: gu2n) |
|
|
|
Berharap Perusahan Daerah (Perusda) dapat menambah kas daerah. Keberadaannya pun diimpikan menjadi bagian ujung tombak untuk memperkuat ekonomi Kutai Kartanegara (Kukar). Tapi penampakan laba untuk tahun 2005 dan 2006, disebutkan: nihil.
MENGEJUTKAN jika melihat rekapitulasi anggaran pendapatan Kukar tahun 2005-2006 yang terlampir dalam Laporan Pertanggungjawaban (LKPj) Bupati Prof DR Syaukani HR SE MM. Persoalannya bukan karena anggaran tahun 2005 surplus Rp 422,44 miliar, tapi yang menjadi tanda tanya, perusahaan-perusahaan milik daerah yang ada di Kukar ternyata hanya mampu memberikan kontribusinya nol persen.
Memang jika diobsesikan harusnya perusahaan milik daerah, seperti: Perusda Tunggang Parangan (TP), Hotel Singgasana, Planetarium Jagat Raya, Hotel Lesong Batu, Resort Kumala, Rice Processing Unit (RPU), dan Gedung Putri Karang Melanu (PKM), termasuk Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM), mestinya membuahkan laba. Tapi harapan itu ternyata masih jauh dari obsesi. Ironisnya lagi, keberadaan unit-unit milik pemerintah tersebut ternyata masih ada sebagian bersandar pada suplai Pemerintah Daerah (Pemda).
“Jika keberadaan Perusda ingin lebih maju memang harus ada modal terlebih dahulu dari Pemda,” ujar Dahri Yassin SH, Direktur Utama (Dirut) Perusda TP saat memaparkan keberadaan Perusda yang dipimpinnya kepada Garda Rakyat, belum lama ini di ruang rapat redaksi. “Kita tidak memungkiri jika Perusda TP disebut-sebut banyak masalah. Tapi itu tidak lepas dari banyaknya campur tangan birokrasi,” tambahnya.
Tidak jauh berbeda, Nora Popit, General Manager Hotel Singgasana dan Lesung Batu, mengakui, jika hingga kini dua aset milik Pemda tesebut masih bergantung sebagian dari “suntikan” dana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar.
“Betul saat ini kami masih bersandar sebagian suplai pada Pemkab,” tuturnya. Namun ketika ditanya sampai kapan akan bergantung kepada Pemkab? Nora, panggilan akrab wanita asal Singapore itu belum bisa memastikan.”Untuk saat ini kami masih berbenah, tapi kami yakin dapat m emberikan yang terbaik untuk daerah ini,”ungkapnya optimis.
Persoalan menunggu kapan ada laba dari Perusda di daerah ini memang butuh waktu. Menurut Nora, pengelolaan aset daerah, seperti Hotel Singgasana, Hotel Lesong Batu dan aset pemkab lainnya, tidaklah secepat dalam obsesi. “Kita butuh kepercayaan pemerintah dan kesempatan bergerak untuk mengelola aset-aset daerah ini,”ujarnya.
Hal senada juga dilontarkan salah seorang Karyawan Hotel Lesong Batu, M
Syarifuddin Nur. Menurutnya, kami butuh “nafas” untuk mengelolah aset-aset Pemkab tersebut. “Beri kami kepercayaan. Saya yakin setelah keluar dari payung Perusda TP, manajemen aset daerah, termasuk Lesong Batu akan lebih baik kedepannya,”jelas Syarifuddin, yang mengaku sangat optimis keberadaan Hotel Lesong Batu akan dapat menambah income daerah ini.
Alasan butuh “ruang gerak” dan kesempatan “meramu” aset-aset daerah tersebut, ternyata juga diungkapkan Eko, salah seorang pengelola Resort Kumala. Dalam komentarnya ketika ditemui Garda di Pulau Kumala, ia menuturkan, jika yang dirasakan unit-unit milik Pemda tersebut perlu waktu dan “nafas”, kami juga memerlukan itu. “Kesempatan dan kepercayaan dari semua pihak,” tegasnya.
(
gu2n)