Menuju Swasembada Produksi Peternakan
 Wakil Bupati, meninjau sapi Brahman yang akan diternakan pada warga (Foto: pwt) |
|
|
|
PADA 2010 mendatang, Kaltim akan mewujudkan program swasembada produksi daging. Untuk mewujudkannya, kini Kutai Kartanegara melalui Dinas Peternakan mencanangkan wilayah pesisir sebagai Zona Pengembangan komoditas ternak sapi potong. Enam kecamatan pesisir tersebut meliputi kecamatan Samboja, Muara Jawa, Muara Badak, Sanga-Sanga, Marangkayu dan Anggana.
Kepala Dinas Peternakan dr Suriansyah Haji Mawi, mengungkapkan penetapan zona pesisir sebagai pengembangan komoditas ternak sapi potong berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. “Masyarakat sudah biasa memelihara sapi potong,” katanya.
Kecamatan ini memang dikenal memiliki lahan yang luas, yang memungkinkan bagi sapi potong untuk berkembangbiak dengan baik. Selain itu, daerah ini juga memiliki iklim dan cuacanya yang mendukung, serta masih banyak dijumpai hamparan rumput hijau yang memadai bagi sapi untuk dapat berkembangbiak.
 Pencanangan Zona Pesisir sebagai pengembangan komoditas sapi potong, tampak hadir Dirjen Peternakan, (Foto: pwt) | |
|
|
Menurut wakil Bupati Drs H Samsuri Aspar MM, yang membuka pencanangan wilayah pesisir sebagai zona pengembangan komoditas sapi potong, pekan lalu, bahwa gerakan ini merupakan langkah yang tepat untuk mendukung gerakan swasembada daging. “Kita punya lahan dan potensi untuk mengembangkan sapi potong,” kata Samsuri Aspar.
Sesuai targetnya, pada tahun 2010 mendatang, program dari Kaltim termasuk Kukar adalah mewujudkan swasembada produksi daging. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging, maka upaya peningkatan produksi daging di dalam negeri perlu dilakukan.
Setiap tahunnya, permintaan daging di masyarakat selalu meningkat. Di Kaltim sendiri diperlukan setidaknya 48.000 ekor sapi setiap tahunnya. Dan sebagian besar masih didatangkan dari luar daerah, Seperti Sulawesi dan pulau Jawa. Dikarenakan daerah ini belum mampu menyediakannya.
Sebagai langkah awal, kini disebarkan sekitar 100 ekor sapi brahman pada warga Samboja. Warga yang tergabung dalam kelompok tani memperoleh sapi untuk diternakan. Melalui kelompok tani, akan mempermudah dalam proses pengawasan dan pemantauannya.
Dikatakan Samsuri, banyak manfaat yang diambil dari upaya ini, selain tersedianya jumlah ternak bibit sapi potong di Kukar, namun juga dapat mencipatakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat. “Kita percayakan pada masyarakat,” katanya.
 Pemkab lakukan MoU dengan PT Sanbe Farma untuk memberikan pelayanan kesehatan hewan (Foto: pwt) | |
|
|
Untuk dapat menghasilkan ternak-ternak yang sehat, dan berkwalitas unggul, Pemkab juga menjalin kerjasama dengan PT Sanbe Farma Jakarta, yang menangani kesehatan ternak. Upaya ini juga untuk meningkatkan peran pihak swasta dalam pengembangbiakan sapi. Drh Sugeng Pujiono, dari PT Sanbe Farma mengatakan upaya pemenuhan sumber protein hewani, peternakan rakyat memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan. Dengan tersedianya SDA yang cukup melimpah, dan SDM yang unggul maka pengelolaan ternak akan dapat berhasil.
Sebagai produsen obat hewan, PT Sanbe Farma telah telah beroperasi sejak 1985, dan didukung tenaga profesional. “Kami siap berpartisipasi dalam upaya pengembangan peternakan di daerah ini,” katanya. Dengan menyediakan obat hewan yang bermutu melalui proses produksi yang mengacu pada sistem CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik).
Sebagai bukti kesungguhannya, PT Sanbe Farma juga memberikan sarana transportasi pelayanan Poskeswan, berupa dua buah sepeda motor honda. Masing-masing untuk Poskeswan Samboja dan Muara Jawa. Selain itu juga diberikan pelatihan manajerial dan teknis kesehatan hewan pada Poskeswan dan fasilitas dalam penyediaan obat hewan dari PT Sanbe Farma yang diperlukan Poskeswan.
Dalam MoU pemberdayaan Poskeswan dan pencanangan zona komoditas ternak sapi potong ini, Direktur Jenderal Peternakan Ir. Mathur Riady MA, mengungkapkan upaya ini sangat berpengaruh terhadap kecukupan daging sapi pada 2010 mendatang. Antara lain dengan meningkatkan populasi sapi potong dan peningkatan produktivitas sapi potong. Melalui penanganan yang tepat dalam menangani gangguan reproduksi dan perbaikan pakan.
Dikatakan, menurut data dilaporkan tingkat infertilitas sapi di indonesia berkisar 20 % dari populasi sapi betina produktif. Termasuk adanya gangguan kematian sapi pedet akibat investasi cacing yang cukup tinggi. Diperlukan penanganan dan pengawasan yang tepat. Adanya Poskeswan, diharapkan mampu mengatasi situasi ini. “Poskeswan ditempatkan di lokasi padat ternak, akan sangat membantu,” kata Mathur Riady.
Sesuai dengan SK bersama antara Menteri Pertanian No. 690 Tahun 1993 dan Menteri Dalam Negeri No. 88 Tahun 1993, mempunyai tugas melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi pengamatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular. Termasuk mengobati gangguan reproduksi, menolong kelahiran, melakukan inseminasi buatan dan pengobatan kemajiran serta pengobatan penyakit sapi lainnya.
Anggota Komisi II Suwaji, yang juga merupakan warga Samboja mengungkapan dukungannya pada pencanangan zona pengembangan komoditas sapi potong di daerahnya. Dikatakan wilayah Samboja memiliki peluang yang menjanjikan untuk mengembangkan sapi potong. “Tepat sekali daerah ini dijadikan zona sapi potong,” kata Suwaji.
Berdasarkan pada topografinya, daerah ini sangat strategis. Dengan tersedianya lahan perkembangbiakan sapi, kesesuain rumput sebagai pangan sapi dan keadaan sosial budaya masyarakat setempat.
Mewujudkan swasembada produksi peternakan, selain daerah pesisir ditetapkan sebagai zona pengembangan komoditas ternak sapi potong, Dinas Peternakan juga membagi dua zona lainnya di kukar. Yakni zona tengah meliputi kecamatan Loa Janan, Loa Kulu, Tenggarong, Tenggarong Seberang, Sebulu dan Muara Kaman. Daerah ini dicanangkan sebagai zona pengembangan unggas, yaitu ayam Ras dan ayam buras, ayam buras potong dan ayam buras petelur.
“Sedangkan untuk wilayah hulu, ditetapkan sebagai zona pengembangan kerbau rawa atau kerbau kalang,” kata Suriansyah. Daerah hulu ini, meliputi Kecamatan Kota Bangun, Muara Muntai, Muara Wis, Kenohan, Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang. (
pwt)