Reses dan Momentum Serap Aspirasi Masyarakat
 Reses: Saat yang tepat mendekatkan diri kepada masyarakat (Foto: dian) |
|
|
|
RESES merupakan saat tepat bagi anggota legislatif dapat bersantai dari aktivitas di kantor. Namun bukan berarti santai tanpa makna. Dengan reses, anggota dewan pun memanfaatkannya untuk bertemu konstituen mereka dan menyerap aspirasi.
Seperti yang baru saja dilakukan Sekretaris Komisi III Salehuddin atau Bendahara Komisi I Mahdalena HA. Memanfaatkan jatah reses adalah saat yang tepat untuk mendengarkan aspirasi masyarakat.
Selama dua hari, Salehuddin pun menampung pelbagai keinginan konstituennya di tiga desa kecamatan berbeda. Desa Perdana Kecamatan Kembang Janggut merupakan tempat pertama yang dikunjunginya. Kemudian, Salehuddin yang didampingi beberapa instansi terkait seperti dari Badan Pertanahan, BMPD, Dinas Pertanahan serta Balitbangda, bertatap muka dengan warga Desa Kahala Kecamatan Kenohan.
Masyarakat pun mengungkapkan berbagai aspirasinya, diantaranya adalah masalah ganti rugi tanah warga oleh PT REA Kaltim yang hingga kini belum terselesaikan. Warga juga menuding pihak perusahaan kepala sawit ini lebih mempercayakan tenaga luar, sementara tenaga asal Desa Perdana dibiarkan banyak yang menggangur.
“Melihat kasus ini, saya menemukan tidak sedikit warga Desa Perdana yang enggan mengurus sertifikat tanahnya. Kurang benar jika mereka menuduh REA secara sepihak, sebab tanpa sertifikat mustahil didapati landasan hukum yang kuat, apalagi jika hendak menyelesaikannya di meja pengadilan,” jelas Manulang dari Badan Pertanahan Kukar yang selama 30 tahun mengurusi pertanahan.
Faktor penyebab warga enggan membuat serifikat, ditengarai karena mahalnya biaya pengurusan. Padahal semuanya kembali kepada kebaikan mereka juga. Tanah yang dipersoalkan, warga mengaku adalah tanah adat, warisan nenek moyang yang kini diklaim menjadi hak miliknya.
Sementara masalah penerimaan tenaga luar oleh PT REA yang sempat memunculkan aksi demo, Salehuddin menjelaskan perusahaan tentu ingin profesional. Memiliki daya saing maju, serta berupaya mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. PT REA pasti mengedepankan mereka yang memang skill dan memiliki motivasi kerja yang mumpuni. Masyarakat yang dianggap pantas dan ahli di bidangnya, pasti akan direkrut bekerja.
“Persoalan ini tidak perlu diperdebatkan, PT REA mungkin mempunyai kebijakan sendiri. Tidak mungkin kan perusahaan sebesar itu asal terima karyawan,” tambah Salehuddin
Warga juga menyoal keberadaan dan tugas kepala desa setempat yang jauh dari harapan. Kepdes yang enggan mengadakan sosialisasi maupun kegiatan bernuansa penyuluhan pertanian secara berkala, terkesan acuh terhadap desanya.
Pengerasan jalan menghabiskan dana Rp4 milliar, hanya merupakan pembangunan yang mubadzir. Warga yang tinggal di kawasan badan jalan sepanjang 11 Km ini justru dilanda banjir saat turut hujan karena tidak dilengkapi gorong-gorong.
“Kasus ini melibatkan oknum yang tidak beres menangani pembangunan jalan. Dan kasusnya sudah ditangani pengadilan,” ujar Salehiddin menenangkan penduduk yang kecewa dengan proyek jalan yang melintasi Hambau, Loa Uku, Genting Tanah, serta Kembang Janggut itu.
Meminjam aula yang terletak di belakang Komando Distrik Militer 0906 Kembang Janggut, Salehuddin beserta rombongan melakukan pertemuan dengan melibatkan unsur pemerintah setempat. Kesempatan ini dijadikan warga untuk menyampaikan segala uneg-unegnya. Beragam aspirasi, Salehudin tampung, mulai persoalan pembangunan infrasruktur, dana operasional untuk segala jenis kegiatan hingga menyoal kinerja aparatur desa. Salah satunya, warga Desa Kenohan ini mengungkapkan rasa kecewanya terhadap keberadaan Kantor Urusan Agama (KUA).
“Pegawai KUA sering mangkir dari tugasnya. Bahkan surat atas nama camat pun kerap tidak disampaikan dengan alasan hilang atau lupa,” kata Mardiana, staff PKM Kahala kepada Salehudin.
Warga mengeluhkan sering kosongnya kantor KUA membuat berbagai urusan carut-marut dan tumpang tindih. Seperti terbengkalainya masalah pernikahan maupun kegiatan pengajian rutin, yang dulunya lancar-lancar saja. Naasnya, penghulu sebagai pengesah perkawinan hanya nongol jika ada embel-embel kompensasi, semacam uang jalan atau uang rokok. Salehuddin pun berjanji akan memanggil pihak terkait untuk dimintai pertanggungjawaban atas tugas dan jabatannya.
“Dana Rp2 miliar yang diterima setiap desa, siap dicairkan. Tidak lama lagi akan berdiri semacam Islamic Center dan pesantren di wilayah” janji Salehuddin hadapan warga usai shalat jumat di Masjid Besar Kenohan-Kahala.
MAHDALENA
Sementara itu Mahdalena HA, reses baginya adalah cara untuk mendapatkan kembali momen kebersamaan dan saling berbagi dengan masyarakat. Sebagai wakil mereka dirinya selalu menyempatkan diri untuk saling berbagi apa saja, mendengarkan keluhan, keinginan dan berbagai isi hati yang kemudian dibundel dalam laporan reses.
Tidak hanya untuk dilaporkan, berbagai point aspirasi itu kemudian diusahakan untuk diperjuangkan. Perjuangan itulah yang kemudian menunjukkan kualitas seorang angota dewan, apakah layak dipercaya sebagai wakil, atau bukan. Itulah yang menyebabkan terkadang seorang wakil rakyat seringkali bersuara keras dalam setiap rapat, pembahasan anggaran, maksudnya untuk mendapatkan alokasi bagi aspirasi rakyat di zona pemilihannya masing-masing.
Berbicara mengenai reses yang baru-baru ini dilaksanakannya, Mahdalena tetap setia terhadap Kecamatan Muara Jawa. Terbukti wilayah itu kembali dipilih dalam jadwal temunya dengan masyarakat pada 6-9 Juni lalu. Bertempat di Sekretariat Himpunan Wanita Karya (HWK) setempat, kegiatan itu dihadiri ratusan orang dari berbagai unsur, seperti Karang Taruna, pendidikan, majelis ta’lim, kesehatan dan beberapa tokoh masyarakat.
Aspirasi yang disampaikan beragam, mulai dari persoalan ganti rugi lahan dan pekarangan warga akibat perluasan jalan, biaya operasional posyandu yang mengalami kemacetan, bantuan dana bagi berbagai majelis ta’lim dan sekolah. Hingga kepada keinginan warga agar setiap wakil rakyat rela meluangkan waktu untuk bertemu mereka, tidak hanya di masa reses, tetapi pada hari-hari biasa ketika konstituen membutuhkan kehadiran mereka.
Terhadap berbagai aspirasi tersebut, Ketua HWK Muara Jawa ini kembali menegaskan, semua aspirasi akan diperjuangkan. Namun bertahap, tidak dapat tergesa-gesa, dan demikian memang sebuah kegiatan reses, ada pertemuan, ada aspirasi, ada penyerap aspirasi, ada perjuangan dan janji-janji. Namun tidak semua aspirasi terserap, dan tidak semua janji-janji terbukti, perjalanan itu sangat berliku dan pantas untuk dimaknai.
Seperti diucapkan Mahdalena diakhir wawancara; “bagi saya reses itu adalah sebuah rangkaian kegiatan yang sangat baik untuk dilakukan, dikerjakan menjadi pahala, diniatkan akan berbuah kebaikan, namun satu yang pasti dengan reses saya mengerti kondisi rakyat yang sebenarnya,“ ucapnya. (
rin/ab)