Klasiknya Bulan Agustus
 Semangat 45 selalu membahana setiap tahun di negeri ini (Foto: rin) |
|
|
|
MENJELANG Peringatan Hari Proklamasi Republik Indonesia yang jatuh setiap tanggal 17 di bulan Agustus, seluruh masyarakat di berbagai pelosok tanah air, selalu berusaha memperingatinya dengan meriah. Biasanya pada bulan ini, ditampilkan begitu banyak permainan tradisional, dengan hadiah sederhana, namun meriah dan memberikan hiburan serta kesan pesta bagi masyarakat di tanah air.
Layaknya “Agustusan” untuk memeriahkannya, setiap RT, kampung, maupun desa, membentuk sebuah panitia, yang tidak hanya bertugas sebagai penyelenggara, namun juga berfungsi sebagai pencari dana. Pada tahapan inilah panitia kemudian melakukan penggalangan dana dengan cara mendatangi Anggota Dewan, terutama mereka yang terpilih dari zona bersangkutan.
Seperti diungkapkan beberapa Anggota Dewan pada media ini, mereka bahkan “diserbu” tidak hanya satu panitia saja, melainkan puluhan panitia yang berasal dari berbagai desa dan kecamatan. Meskipun seringkali merasa kewalahan, namun mereka tidak mampu menolak permohonan yang diajukan, mengingat pentingnya menjaga rasa cinta rakyat kepada bangsanya sendiri.
Seperti dikatakan Faturahman, Anggota Komisi I dari Fraksi Golkar, habis jutaan rupiah untuk membantu rakyat merayakan kemerdekaan, bukan sebuah beban. Dirinya sendiri bahkan tidak hanya membantu secara finansial saja, melainkan terjun langsung ke lapangan, baik sebagai panitia, maupun peserta lomba 17 Agustus.
Hal yang sama diungkapkan H Sani Anggota Komisi IV juga dari Fraksi Golkar, tidak sedikit panitia yang datang, baik ketika ia berada di Gedung DPRD maupun di rumah. Tidak ada penolakan, ia terus melayani dan memberikan support kepada panitia, agar menyelenggarakan Agustusan dengan meriah.
Menurutnya fungsi seorang Anggota Dewan memang memberikan kebahagiaan, bagi rakyat yang diwakilinya, karena itu merupakan sebuah pahala. Meskipun demikian, tak urung dirinya merasa sedikit terganggu dengan kedatangan begitu banyak panitia kemerdekaan, semestinya hal itu dapat dikurangi dengan beberapa langkah kreatif.
Salah satu contoh, dengan menjalankan les kepada warga setempat, terutama di kalangan warga yang mampu. Tidak langsung kepada seorang Anggota Dewan, karena hal itu dapat menimbulkan persepsi buruk, lantaran ada stigma yang menggambarkan, seorang wakil rakyat adalah seorang individu yang berlimpah uang, sehingga dapat membagi-baginya kepada khalayak banyak.
Hal demikian hendaknya segera dihindari dengan tidak mengabaikan kepentingan rakyat yang sebenar-benarnya. Apalagi seringkali, ada oknum yang selalu saja mengambil celah, dari kebaikan hati setiap Anggota Dewan, dengan mengambil kesempatan pada event seperti Agustusan ini, untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Sehingga tidak salah bila wakil rakyat selalu bersikap hati-hato dan teliti dalam menghadpi beragam proposal, yang tujuannya minta bantuan dana. Agar tidak salah memberi, demikian klasiknya Bulan Agustus. (
rin)