DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Mahalnya Arti Kemerdekaan

Mahalnya Arti Kemerdekaan


Memaknai kemerdekaan dengan aktivitas yang positif (Foto: dian)
APA MAKNA kemerdekaan ini bagi anak bangsa? Jawabnya, tentu saja berlomba mengisinya dengan aktivitas positif supaya ketertinggalan yang masih dirasakan bisa terkejar. Lebih-lebih di-era reformasi yang sudah dijalani 6-7 tahun. Bangsa yang menginginkan perubahan disegala bidang. Karena itu, jangan tanya apa yang diberikan negara, tapi tanyalah diri kita, apa yang sudah kita berikan untuk negara. Sebagai anak bangsa, kita jangan terlena oleh kemerdekaan yang didapat dengan darah dan air mata oleh para pahlawan pendahulu.

Kemerdekaan negeri yang sudah berusia 61 tahun, ibarat manusia pada usia ini, tentunya sudah tua dan rambut sudah pula ubanan, sehingga rambut di kepala menjadi kelabu. Sabda Rasulullah : salah satu tanda-tanda manusia mendekati masuk ke liang kubur adalah mulainya kepala ditumbuhi uban. Beda dengan tanah air ini. Semakin tua hamparan kemerdekaan dinikmati, semakin berenaka ragam era dilalui dan semakin tinggi animo menjalani kemerdekaan. Juga kian besar keinginan anak bangsa membangun negeri.

Era yang dijalani, era reformasi (perubahan) untuk mengejar ketertinggalan. Pada Proklamasi Kemerdekaan RI di-era reformasi yang sudah dilalui lebih dari enam tahun ini, telah banyak peristiwa yang mengubah negeri ini. Perubahan itu sudah dijalankan. Termasuk era reformasi di Kutai Kartanegara yang berpenduduk kurang lebih 600 ribu jiwa, menikmati dan mengisi kemerdekaan dengan segenap pembangunan fisik dan non fisik. Jalan-jalan umum, jembatan sebagai pembuka isolasi pedalaman. Salah satunya, Jembatan Martadipura di Kota Bangun, adalah hasil karya anak bangsa dalam mengisi kemerdekaan di era yang menuntut serba ingin cepat ini. Jembatan yang melintang di atas Sungai Mahakam tersebut menghubungkan seluruh kecamatan yang ada di pedalaman Kukar melalui jalur darat. Isolasi pun terbuka. Pendidikan kian meluas. Pemerataan pembangunan mulai merata. Tinggal generasinya, di sana sini masih dalam wilayah Kukar ada yang buta aksara, sebagian kecil putus sekolah, ada pula segelintir pengguna narkoba, pengangguran dan lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) hingga 2006 menunjukkan data, lebih dari 3000 penyandang buta aksara di usia 10 hingga 44 tahun. Anak putus sekolah sekitar 1.500. Demikian juga sarana umum masih ada yang belum memadai. Fisik beberapa badan jalan perlu sentuhan pembiayaan supaya jadi mulus. Juga ketertinggalan dalam mutu pendidikan. Dalam 13 daerah tingkat II di Kaltim, mutu pendidikan di Kukar berada di urutan tujuh. Kemiskinan dirasakan oleh 15 persen dari jumlah penduduk 600 ribu jiwa di Kukar.

Mengingat masih ada yang tertinggal itu, mari pada HUT RI ke-61 ini, kita seragamkan tekad, kekompakan dan pompa semangat untuk mengikis habis yang namanya ketertinggalan. (kon)