DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Menunggu Kepedulian Perusahaan

Menunggu Kepedulian Perusahaan


Tidak sedikit perusahan yang belum menjalankan program comdev (Foto: dian)
KETIDAKPEDULIAN perusahaan pada kesejahteraan masyarakat, masih dirasakan warga Kecamatan Sanga-Sanga. Masyarakat setempat hanya bisa mengeluh, lambat laun kekayaan yang ada akan habis dibawa keluar daerah, namun mereka hanya menjadi penonton tanpa bisa menikmati hasilnya.

Salah satu daerah di Kutai Kartanegara yang banyak menyimpan kekayaan alam, adalah Kecamatan Sanga-Sanga. Dari masa kejayaannya dimasa lalu, Kota ini lebih dikenal sebagai Kota Pahlawan, karena banyak menyimpan cerita bersejarah. Kota ini juga dikenal memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah, khususnya tambang emas hitam atau batu bara. Tak kurang dari 27 perusahaan beroperasi di wilayah ini.

Namun sayangnya, dari sekian banyak perusahaan yang ada, tak ada yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Kesejahteraan masyarakatnya jauh dari harapan. Dengan luas wilayah 233,40 Km2, yang berpenduduk 11.5910 Jiwa, atau dengan kepadatan sekitar 49,23 jiwa/Km2 terdapat 2.980 KK. Sebagian besar masyarakatnya hanya bergantung pada pada hasil pertanian dan nelayan.

Ketidakpedulian perusahaan pada masyarakat setempat nampak sekali terasa. Pemberiaan bantuan ataupun Community Development (Comdev), tidak pernah dinikmati masyarakat. Dengan adanya perusahaan yang beroperasi, setidaknya fasilitas maupun sarana dan prasarana di daerah tersebut dapat tersedia dengan layak. Kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Namun sebaliknya.

Masyarakat hanya mendapat dampak negatifnya saja. Seperti limbah yang dihasilkan perusahaan, debu-debu dan pencemaran lingkungan lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, belum lama ini Warga Kecamatan Sanga-Sanga, khususnya masyarakat Desa mengeluh dan melaporan ke Komisi II DPRD Kutai Kartanegara. Mereka berharapa agar Dewan dapat menegur perusahaan agar dapat memberikan kewajibannya pada masyarakat dan daerah.

Berdasarkan laporan tersebut, Komisi di wakili Marwan.SP dan Ir.H. Irwan Muchlis, langsung turun ke lapangan. Pertemuan yang difasilitasi pihak kecamatan dan desa, dihadiri oleh Aparat Desa, DPD, RT, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama ,Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, LSM dan dihadiri pihak Staf Perusahaan seperti CV.Mutiara Hitam Prima, PT.Sanga-sanga Coal dan PT. AEI pada (9/9)lalu, di Gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Sari Jaya Sanga-Sanga.

Dalam pertemua tersebut, banyak aspirasi yang disampaikan. Mulai dari keterbatasan air bersih, transportasi jalan yang tidak memadai hingga masalah pendidikan dan kesehatan. Salah satu hal yang sangat mengganggu warga adalah jalan yang selalu berdebu. Ligiman, Kepala Sekolah SD 011, mengungkapkan aktifitas di sekolahnya sangat terganggu akibat banyaknya debu-debu tersebut. Setiap saat mobil-mobil perusahaan lalu lalang di depan sekolah. Berulangkali pihaknya mengajukan proposal bantuan pada perusahaan untuk pembuatan pagar, namun tidak pernah ditanggapi oleh perusahaan. “Anak murid saya setiap hari terpaksa harus mengepel lantai,” kata Ligiman.

Masri, Ketua Karang Taruna juga pernah meminta pada perusahaan untuk melakukan penyiraman jalan jalur tambang satu hari tiga kali, tapi pihak perusahaan juga tidak menanggapi. Akibat dari banyaknya debu-debu ini juga ternyata sangat mengganggu kesehatan masyarakat. Siti Nurbaya Pegawai Puskesmas , mengungkapkan selama dua bulan belakangan ini, banyak sekali masyarakat yang berobat ke Puskesmas. Pada umumnya mereka menderita paru-paru, diare dan ispa. “Sebagian besar penyakit adalah akibat pencemaran lingkungan,” ujar Siti Nurbaya. Akibat banyaknya pasien Puskesmas sempat kewalahan, ntuk mengatasi kekurangan dana Puskesmas pernah berinisiatif mengajukan proposal kepihak perusahaan tapi tidak ditanggapi dengan serius.

Pencemaran tidak hanya berasal dari banyaknya debu-debu, namun juga terhadap air. Masyarakat biasanya mengkonsumsi air dari sungai yang diindikasikan terlah tercemar limbah perusahaan. Untuk konsumsi air bersih masih sangat kurang. Apalagi pada musim kemarau seperti saat ini. Salah seorang tokoh masyarakat Aspian, mengaku sejak dua bulan ini kekurangan pasokan air bersih. Perusahaan hanya menyediakan pasokan air bersih dalam tong plastik, yang jumlahnya pun jauh dari kebutuhan warga. Untuk itu mereka meminta pada perusahaan untuk membuat sumur bor. “Perusahaan tidak pernah menanggapi permintaan masyarakat,” kata Aspian.

Menanggapi permintaan warga Frans Ernest.VG dari PT. AEI, mengaku pihaknya banyak menerima proposal untuk meminta bantuan dari masyarakat. Namun semuanya tidak dapat direalisasikan. Selain karena banyaknya permintaan, juga sebagian besar permintaan tidak terkoordinir, dan terkesan liar.
“Mohon bantuan yang diajukan berupa program yang sudah di sepakati oleh desa dan kecamatan,” kata Frans Ernest.VG.

Sementara itu Komisi II berharap, setiap perusahaan yang beroperasi diwailaha Kutai Kartanegara pada umumnya dan khususnya di desa Sari jaya, agar memperhatikan apa yang dibutuhkan warga. Masyarakat tidak meminta untuk kepentingan pribadi semata, namun untuk kepentingan umum. “Masyarakat memeinta sesuai kebutuhannya,” kata Marwan SP.

Lebih lanjut, Irwan Muchlis menambahkan, wajar mereka meminta pada perusahaan, karena telah mengambil kekayaan alam yanga ada di daerahnya, sementara masyarakat setempat hanya bisa menontonnya saja. “Sudah seharusnya masyarakat bisa menikmati sedikit hasil kekayaan alam-nya,” ujarnya. Jangan sampai ibarat pepatah tikus mati di dalam lumbung padi. (dian/pwt)