Byar Pet, Layanan Buruk dari PLN
 Byar Pet, Kota Tenggarong ketika mati lampu (Foto: gu2n) |
|
|
|
MUNGKIN ada benarnya celetuk seorang warga,”Kalau tinggal di Kota Tenggarong, ya, harus sedia genset (mesin penghidup lampu, red)”. Sebenarnya, celetukan itu tidak lebih sindiran untuk kinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) Ranting Tenggarong sejak subsidi untuk PLN dibatalkan kenaikannya. Mungkin itu sebab, di Tenggarong kalau sudah mati lampu tidak sebentar. Kadang sampai seharian. Bahkan, byar pet listrik bisa menjadi musiman. Kalau sudah musiam, ya, warga dituntut sejenak maklum.
Persoalan mati lampu yang berjam-jam di Tenggarong menimbulkan banyak reaksi. Husni Azhwari misalkan, warga Timbau, menyesalkan kinerja PLN yang tidak profesional. Bahkan tidak pengertian. “Ini kan daerah kaya, masa soal lampu saja kita tidak sanggup membenahinya,”ujarnya. Tidak itu saja, Husni juga menandaskan, warga, kan, bayar listrik, bukan tidak bayar. Kalau tidak bayar silahkan saja PLN melaksanakan tugasnya dengan kebijakannya sendiri.
Ternyata soal keluahan kinerja PLN tidak saja datang dari warga. Para aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Barisan Oposisi Murni (BOM) pun hingga menyerukan warga agar memboikot tagihan listrik. Hal ini disampaikan, ketika melakukan unjuk rasa di depan Kantor PLN Jalan KH Ahmad Muksin, belum lama ini.
Dalam tuntutannya itu, BOM memprotes PLN yang kerap mematikan listrik hampir setiap hari. Akibat pemadaman dilakukan PLN. Tidak sedikit dampak yang dirasakan masyarakat. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, akibat pemadaman listrik itu telah berdampak pada terjadinya kebakaran di Kota Tenggarong. “Lihat saja berapa rumah sudah yang terbakar, akibat byar pet listrik,”Efri Novianto, Koordinator LSM BOM.
Suara sumbang buruknya pelayanan PLN ternyata juga mengalir lewat Short Message Service (SMS) yang ditujukan ke anggota dewan Kukar.Dampaknya, seperti yang pernah diberitakan, bahwa dua anggota dewan kukar, Marwan SP dan Dedi Sudarya, siap menyumbangan gajinya kepada PLN. Hal ini diutarakan sebagai bentuk protes atas kinerja PLN yang tidak memuaskan.“Jadi, sumbangan dari gaji kami sebesar Rp 3,4 juta perbulan untuk PLN agar pelayanan PLN memuaskan,” ungkap Marwan.
Memang akibat byar pet listrik yang dilakukan PLN tidak terjadwal dan terkoordinasi itu telah menimbulkan banyak kerugian. Betapa tidak, tidak sedikit alat elektronik yang rusak akibat mati listrik yang mendadak. Apalagi dari pihak PLN tidak pernah melakukan pemberitaan jadwal listrik akan dipadamkan ke media. (
gu2n)