DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Guru Tak Hanya Pintarkan Murid

Guru Tak Hanya Pintarkan Murid


Bupati Kukar Prof DR H Syaukani HR SE MM: Pendidikan Paspor Masa Depan (Foto: gu2n)
Bupati Kukar Prof DR H Syaukani HR yang dikenal super sibuk, ternyata masih sempat menulis sebuah buku. Buku mengupas secara mendalam tentang pendidikan itu diterbitkan oleh Nuansa Madani Jakarta, diberi kata sambutan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) RI, Prof DR HA Malik Fajar MSc.

Intinya, Syaukani menulis bahwa tugas guru dalam mengajar tidak hanya untuk memintarkan murid tetapi juga mesti mampu mengubah karakter murid dari yang buruk pada karakter yang baik.

Buku berjudul Pendidikan Paspor Masa Depan itu dicetak dengan ketebalan 216 halaman dan sangat layak menjadi bahan bacaan para guru dan masyarakat umum, karena muatan buku tersebut dikaitkan dalam prioritaspembangunan di era otonomi daerah. Karena itu, melalui buku Syaukani mengingatkan, agar para guru (masyarakat pendidik) dalam menjalankan tugas mendidik murid, tidak hanya termotivasi untuk memintarkan para murid, tetapi juga harus termotivasi untuk mengubah perwatakan atau karakter murid ke arah yang positif.

Banyak guru yang termotivasi mengajar hanya untuk memenuhi kewajiban (tugas) dan memenuhi jam mengajarnya, tanpa peduli terhadap perkembangan jiwa si murid, akibatnya karakter murid tidak terpantau dengan baik.


Guru berkewajiban mengubah perwatakan atau karakter murid ke arah yang positif (Foto: dian)
Lebih lanjut syaukani menguraikan dalam bukunya, dewasa ini penyederhanaan pendidikan banyak dilakukan bukan hanya oleh masyarakat awam, juga oleh kalangan guru. Mereka menyederhanakan makna mendidik, yakni para guru sering merasa telah cukup ketika jam kewajiban mengajarnya dilaksanakan di kelas, sedangkan urusan aspek efektif atau emosional dan konatif atau budi pekerti peserta didik (murid) yang seharusnya menjadi dasar sarana “infiltrasi” nilai-nilai moral diabaikan, atau kasarnya dianggap bukan urusannya.

Padahal moral ini sangat penting mendapat pembinaan langsung oleh para guru di sekolah-sekolah. Moral yang kerap disinonimkan dengan akhlak atau budi pekerti sering diasumsikan dengan dasar karakter seseorang (murid). Budi pekerti yang baik akan tercermin dalam sikap dan perilaku yang baik pula, baik dalam pergaulan di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian proses pendidikan yang di dalamnya terkandung pengertian building of character, sejatinya juga mengandung arti pembentukan moral atau budi pekerti.

Syaukani berpendapat, seharusnya sekolah sebagai roda penggerak pendidikan nasional diberi peranan besar dalam pembinaan dan pengembangan moral anak didik. Bila tidak, maka bisa memunculkan atau menyebabkan aspek negatif dalam kelangsungan pendidikan budi pekerti anak.

Penyelenggaraan pendidikan –khusunya guru– sejatinya merupakan proses penyampaian nilai moral yang paling efektif, sebab kejujuran merupakan pangkal kebenaran dan kebajikan adalah esensi nilai moral. Dengan demikian, tulis Syaukani, kejujuran para pendidikakan sangat bermakna bagi para peserta didik. Jika para pendidik melakukannya, maka proses pendidikan moral atau budi pekerti sudah dimulai, insya Allah akan berhasil dengan baik.



Guru hendaknya membiasakan murid mengungkapkan gagasan dan konsepnya serta secara kritis (Foto: dian)
Kepada para pelaksana pendidikan, syaukani berpesan melalui buku ini, agar para pendidik membiasakan murid mengungkapkan gagasan dan konsepnya serta secara kritis menguji konsep murid. Yang terpenting, pendidik selalu menghargai dan menerima pemikiran-pemikiran peserta didik apa adanya sambil menunjukkan arah yang benar dari pemikiran mereka.

Buku Pendidikan Paspor Masa Depan ini sengaja ditulis Syaukani dengan bahasa yang ringan agar mudah dipahami. Ia berharap, buku ini mendatangkan manfaat bagi para pelaksana pendidikan dan tampaknya harapan itu mendapat sambutan, terbukti buku ini dicari oleh kalangan pendidik dan masyarakat umum, sehingga sampai pada Agustus 2006 lalu, buku ini sudah memasuki cetakan kedua dengan penerbit yang sama. (kon)