Benahi Pendidikan, Rehab Sekolah Rusak
 Anggaran 20 persen wajib dialokasikan untuk pendidikan (Foto: dian) |
|
|
|
“PENDIDIKAN adalah investasi masa depan”. Demikian tegas Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Prof DR Syaukani HR SE MM, di banyak kesempatannya. Bukan itu saja, dalam sambutan pidato pengukuhan Guru Besar di bidang ekonominya, beberapa waktu lalu, pun Syaukani juga memaparkan “Dengan modal pendidikan, Kukar dapat menghasilkan SDM yang unggul.”
Syaukani, yang juga penulis buku: Pendidikan Paspor Masa Depan, itu mengatakan, masa depan Kukar akan sangat terletak dengan mutu pendidikannya. Itu sebabnya, komitmen Pemkab Kukar dalam memajukan pendidikan di daerah ini, tidak saja mencakup pemberdayaan sumber daya manusianya (SDM). Tapi juga melingkupi perbaikan infrastruktur pendidikan, yang banyak dinilai masyarakat, masih jauh dari harapan.
Memang, soal infrastruktur pendidikan, seperti bebarapa bangunan sekolah dan ruang kelas yang rusak di daerah ini, boleh dikatakan masih lamban dalam penanganan. Tidak sedikit jumlah fisik bangunan sekolah dan ruangnya, yang memang, mendesak untuk direhab. Bahkan, seperti yang pernah dilansir situs samarinda.go.id, jumlah sekolah “lerak” terparah ada di Kukar. Dari data Dinas Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang diterima Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kaltim, belum lama ini, pun memaparkan, kerusakan kelas terparah terdapat banyak di Kukar itu, meliputi: kelas TK mencapai 39 ruang kelas, SD mencapai 674 ruang kelas, dan SLTP sebanyak 106 ruang kelas.
Data banyaknya ruang kelas rusak di Kukar itu memang sempat mengejutkan pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kukar. Kepala Disdik, yang ketika itu masih dijabat, Drs H M Idrus SY MSi, kepada wartawan membantah, jika kerusakan kelas terparah banyak terdapat di daerahnya. Bahkan, Idrus menjelaskan, data-data tersebut belum diketahui sumbernya dengan jelas. Disdik sendiri memiliki tim lapangan yang kerap mendata kerusakan kelas di daerah ini.
“Jadi kami tahu persis jumlah kerusakan sekolah, termasuk ruang kelas yang ada,” jelas Idrus. Ia pun kemudian menunjukkan data, dari 460 sekolah dasar/sederajat terdiri dari 2.652 ruang kelas, yang mengalami kerusakan parah dan ringan sebanyak 630 ruang kelas. “Jadi data Disdiknas tersebut masih harus dikaji lagi,” ujar Idris.
Terlepas dari polemik berapa banyak jumlah sekolah dan kelas yang rusak. Disdik memang dituntut menargetkan perehaban fisik sekolah yang masih banyak rusak tersebut. Dan bahkan tuntutan, tahun 2008, tidak ada lagi terdapat sekolah ataupun ruang kelas yang rusak, pun menjadi PR bagi Disdik dan dinas terkait untuk menyelesaikannya. Sebab, seperti yang disuarakan anggota DPRD Kukar, pada rapat proyeksi anggaran APBD 2007, belum lama ini, anggaran 20 persen wajib dialokasikan untuk pendidikan. Dari anggaran yang diproyeksikan sekitar Rp. 3.730 triliun, itu diharapkan, dapat membantu percepatan rehab infrastruktur sekolah yang kondisinya masih banyak memprihatinkan.
Memang tidak dapat dipungkiri, saat ini, yang jadi sorotan banyak banyak masyarakat saat ini disektor pendidikan adalah persoalan fisik sekolah. Dari jumlah 849 bangunan sekolah yang ada di daerah ini, sekitar 425 bangunan mengalami kerusakan. Ini artinya, hampir separuh dari jumlah sekolah yang ada.
Bachrul Ulum, Kepala Disdik Kabupaten Kukar saat ini, yang menggantikan Drs H M Idrus SY MSi, kepada wartawan, mengatakan, sebagian besar gedung sekolah yang rusak itu, sebenarnya, akibat faktor usia dan merupakan bangunan yang telah lama.“Jadi, kan, wajar saja ada mengalami kerusakan. Bahkan, ada bangunan sekolah yang dibangun sekitar tahun 1980-an,” ujarnya.
Bachrul juga mengungkapkan, pihak Disdik bukan tidak memiliki komitmen dalam perbaikan infrastruktur sekolah. Disdik tetap memprioritaskan perbaikan fisik sekolah sebagai amanat masyarakat dan banyak pihak. Bahkan, pihaknya pun telah menyampaikan data-data sekolah rusak tersebut ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU) agar dimasukan dalam APBD Kukar tahun anggaran 2007. (
gu2n)