Sadar Budaya Masyarakat Minim
 H Basran Yunus (Foto: humas dprd) |
|
|
|
KEBERADAAN Situs Purbakala di Muara Kaman kian banyak yang memperbincangkannya. Peninggalan budaya leluhur di akhir abad IV atau sekitar 400 Masehi itu, diyakini sebagai tonggak awal kebaradaan bangsa Indonesia. Karena itu, penemuan benda-banda kuno, yang bernilai sejarah bagi bangsa ini, patut untuk dijaga dan dilestarikan.
H Basran Yunus, Selasa kemarin (16/1) mengungkapkan, penemuan situs purbakala di Muara Kaman itu tidak saja menjadi obyek para peneliti. Tapi juga merupakan aset wisata yang memang harus terus dipelihara. ”Kita harus menyadari potensi wisata arkeologis tersebut,”ujarnya.
Selama ini, tutur Kepala Dinas Pariwisata Kukar itu, kesadaran budaya masyarakat Kukar masih minim. Ini bisa dilihat betapa masih sedikitnya masyarakat yang antusias terhadap budayanya sendiri. Terutama dalam menghayati budaya lokal.
Gaya hidup generasi yang masih cendrung mengadopsi budaya luar memang menjadi faktor pengikisan kesadaran budaya daerah ini. Basran mengatakan, hal itu sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan yang dibangun.
”Aset budaya kita sebenarnya banyak untuk diberdayakan. Tidak saja potensi situs perbukala saja. Tapi masih banyak lagi aset-aset wisata lainnya. Seperti, budaya cerita dongeng masyarakat, budaya bahasa, makanan khas daerah dan lainnya,”ungkap Basran.
Pengembangan pariwisata di daerah ini sebenarnya merupakan bagian Program Gerbang Dayaku setelah pertambangan. Keberadaan situs purbakala di Muara Kaman hanya sebagian aset wisata yang di miliki Kukar. Jadi sebenarnya banyak yang harus dikembangkan untuk daerah ini, termasuk flora dan faunanya. ”Disinilah perlunya menumbuhkan masyarakat sadar pariwisata,”kata Basran.
Itu sebabnya, Basran juga menandaskan, untuk menumbuhkan kesadaran wisata tersebut, perlu diawali kesadaran pada komponen pariwisata, misalnya: sadar pada sapta pesona pariwisata, dll. ”Kenapa kita harus sadar?,”katanya. Wisatawan akan menikmati objek wisata tidak hanya pada pesona alamnya, tapi juga pelayanan masyarakatnya yang mampu memberi kenyamanan pada pengunjung.
”Untuk mengarah pelestrian itu, kita perlu kajian dalam konteks pengembangan budaya. Tentunya dalam hal ini pengembangan pelestarian budaya yang berkaitan dengan peningkatan pariwisata di daerah ini,”saran Basran. (
gu2n)