Paradigma Baru LPKK
 Kepala LPKK Kukar Drs Syamsul Khaidir MPd (Foto: hans) |
|
|
|
DALAM program Gerakan Pengembangan dan Pemberdayaan Kutai Kartanegara (Gerbang Dayaku) tahap II, pelestarian seni budaya leluhur merupakan bagian penting dalam memajukan wisata daerah.
Seperti telah dicanangkan oleh pemerintah daerah, Kabupaten Kukar akan dijadikan sebagai kota tujuan wisata dan pelajar. Keinginan besar pemerintah daerah ini sebenarnya tidaklah terlalu berlebihan. Apalagi sebelumnya pelbagai kebudayaan dan kesenian Kukar memang telah dikenal di beberapa negara luar.
Kepala Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai Kartanegara (LPKK) Kukar Drs Syamsul Khaidir MPd, mengatakan, percepatan pembangunan pariwisata Kukar memang harus terus diperhatikan. Terlebih lagi soal kesadaran budaya masyarakatnya. ”Saat ini tantangan paling besar yang dihadapi dalam pengembangan budaya dan seni Kukar tidak saja soal dana. Tapi juga kesadaran masyarakatnya,”ujar Syamsul, ketika melakukan hearing dihadapan anggota dewan Komisi IV, belum lama ini.
Syamsul yang juga dikenal sebagai pembina dan praktisi teater Kukar, itu juga mengkisahkan, masa perjuangan Bupati Kukar almarhum Ahmad Dahlan dalam mempertahankan budaya leluhur Kutai. Ujarnya, Ahmad Dahlan tidak saja dikenal sebagai politisi dalam sebuah partai. Tapi dedikasinya juga dikenal pada keberadaan budaya daerah ini.
”Besarnya perhatian Ahmad Dahlan pada seni dan budaya daerah ini, mendorongnya untuk mendirikan LPKK sebagai lembaga pemelihara budaya Kukar,”tutur Syamsul.
Kini keberadaan LPKK yang dicetus Ahmad Dahlan tersebut telah dikenal beberapa dunia luar, seperti: Kanada, Belanda, Singapura, Meksico, dan beberapa negara luar lainnya. Bahkan perannya pun kini sangatlah penting. Terutama sebagai pusat informasi budaya Kukar.
Menyinggung masalah pentingnya kesadaran budaya, Syamsul menuturkan, bahwa makna kesadaran budaya tidak lagi mencakup milik lokal saja. Melainkan kini telah menembus sekat-sekat global. ”Jadi makna kesadarannya lebih luas, semesata dan milik dunia,”ucapnya. Ia mencontohkan makna universal sebuah budaya, seperti budaya Banjar, Kutai, Jawa, Bugis, semuanya memiliki hak untuk ditampung dan dilestarikan.
Itu sebabnya, tambah Syamsul, LPKK kini pun telah berubah paradigma, tidak lagi mencakup pada pelestarian budaya dan seni Kukar saja. Tapi segala kebudayaan suku secara luas yang ada diwilayah Kukar. ”Sebab budaya hakekatnya adalah untuk manusia,”ujarnya, mendalam. (
gu2n)