DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Pameran Arkeologi Nasional: Manusia, Alam dan Budaya

Pameran Arkeologi Nasional: Manusia, Alam dan Budaya


Tampak pengunjung pameran arkologi nasional di Serapo LPKK Tenggarong (Foto: gu2n)
BENDA-benda bersejarah itu tampak berjejer rapi dipamerkan. Beberapa pengunjung terlihat serius menatapi rentetan teks sejarah arkeologi yang dipajang disebuah benner (spanduk berdiri, red). Sejarah memang selalu ingin mengajak siapa pun berbicara tentang masa lalu. Termasuk mengingatkan manusia masa kini dengan asal-usul nenek moyangnya.

Demikian halnya dalam pameran arkeologi Indonesia, yang digelar di Gedung Serapo Lembaga Pembinaan Kesenian Kutai (LPKK) Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), pengunjung pun akan diajak berdialog pada jejak sejarah manusia dan budaya masa lampau. Acara yang berlangsung sejak Senin (12/1) kemarin, secara resmi dibuka Wakil Bupati Drs Samsuri Aspar MM, dan dihadiri pula oleh sejumlah pejabat eksekutif dan legislatif serta dinas instansi terkait.

Kegiatan pameran yang bertemakan: Potret Manusia, Alam dan Budaya Nusantara, tersebut merupakan hasil kerjasama Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) dengan Lembaga Penelitian Arkeologi Nasional. S Fadli, staf panitia penyelenggara pameran arkeologi itu, mengatakan, penyelenggaraan pameran ini merupakan wujud dari Disparbud dalam upaya menggali potensi kesadaran masyarakat tentang sejarah manusia dan budaya negeri ini.



Sebuah naskah silsilah kerajaaan Kutai Kartanegara (Foto: gu2n)
”Lewat pameran benda-benda purbakala dan bersejarah ini, kita ingin mengajak masyarakat luas, khususnya masyarakat Kukar untuk lebih mengenal dan mengetahui jejak perjalanan sejarah manusia dan budaya di Indonesia,”ucap Fadli, yang juga kesehariannya berkerja sebagai pemelihara benda-benda sejarah Museum Mulawarman Tenggarong.

Potret sejarah manusia dan budaya di nusantara ini memang masih minim disadari sebagai pengetahuan yang penting untuk terus dilestrikan. Fadli pun menyadari, betapa kesadaran masyarakat di daerah ini masih kurang antusias ”membaca” peninggalan-peninggalan sejarah yang ada. ”Kita lihat saja, pengunjung pameran ini tidak begitu banyak. Ini menggambarkan hanya sedikit masyarakat daerah ini yang minat dengan cerita sejarah manusia Indonesia,”ujarnya.

Pengenalan dan pemahaman masa lalu adalah penting bagi suatu bangsa. Berkaca pada masa lalu tentulah tidak dipahami sebagai cermin benda mati semata, tapi lebih dari itu pemahaman terhadap sejarah akan mengantarkan manusia mengenal nilai-nilai leluhurnya.

Rudi (24), salah seorang pengujung pameran tersebut sangat menyadari betapa masih minimnya pengetahuan tentang sejarah di nusantara ini. ”Saja jujur saja sangat senang sekali dengan pameran yang digelar Disparbud ini. Hanya saja yang masih terasa kurang dalam pameran ini adalah mengenai buku sejarah situs purbakala di Muara Kaman,”ungkapnya. Menurut mahasiswa Fakultas Hukum Adat Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) itu, harusnya foto-foto benda-benda purbakala hasil penemuan arkeologi di Muara Kaman dipajang dipameran ini. ”Saya benar-benar panasaran dengan benda-benda tersebut”.



Sejarah manusia selalu akan berpulang pada teks arkeologi (Foto: gu2n)
Sebaliknya, seorang pengunjung lainnya, Uswatun Hasanah (26), mengatakan, sangat senang dengan pameran arkologi nasional yang digelar di Kukar. ”Setidaknya pengetahuan saya tentang sejarah manusia dan budaya di nusantara ini bertambah,”ucapnya. Hanya saja, tambah mahasiwi Fakultas Ekonomi Unikarta, itu menambahkan, ”Yang kurang dari pameran arkeologi ini adalah tidak adanya pendamping pameran yang bisa menjelaskan kepada pengunjung mengenai teks-teks sejarah tersebut. Kan, pengunjung jadi ikut benda mati dan tidak dapat berdialog dengan jelas”. (gu2n)