dr H Abdurrahman: "KLB, Kesadaran Masyarakat Kurang"
 Kepala Dinkes Kukar dr H Abdurrahman (Foto: gu2n) |
|
|
|
BERDASARKAN data Dinas kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak Januari telah mencapai 267 jiwa, 10 korban diantaranya telah dilaporkan meninggal. Dan angka itu meningkat dari jumlah sebelumnya 106 orang.
Kepala Dinkes Kukar dr H Abdurrahman mengatakan, secara statistik memang jumlah korban yang meninggal tersebut terbilang sedikit. Namun secara hitungan jumlah pasien, angka korban yang meninggal itu tidaklah sedikit. “Itu sebabnya, kami terus berusaha keras untuk menekan bertambahnya jumlah korban yang meninggal,” ujarnya, belum lama ini, di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kukar.
Tidak itu saja, Abdurrahman juga mengungkapkan, diantara penyebab bertambahnya jumlah korban DBD di daerah ini dikarenakan masih minimnya kesadaran masyarakat dalam melakukan program pemberantasan sarang nyamuk. “Masyarakat selama ini lebih menggantungkan pada Dinkes dalam pemberantasan sarang nyamuk,” ungkapnya. Padahal, menurutnya, ketika Kukar telah dinyatakan sebagai wilayah Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh instansi terkait, masyarakat seharusnya juga lebih waspada.
 Kondisi lingkungan rawa, rawan DBD (Foto: dian) | |
|
|
Untuk melakukan pencegahan, Abdurrahman menyarankan agar masyarakat lebih memperhatikan program 3M Plus, yakni; Menguras, Mengubur, Menutup dan plusnya melakukan pencegahan melalui fogging atau pengasapan dengan waktu yang tepat serta memberikan pencegahan lainnya, seperti mengoles lotion anti nyamuk sebelum keluar melakukan aktivitas. ”Langkah ini sangat penting untuk dilakukan agar penyebaran demam berdarah tidak kian meluas,” ucapnya.
Menyikapi pengasapan yang dilakukan tidak tepat waktu oleh beberapa kelompok masyarakat, Abdurrahman mengatakan, langkah itu tidaklah terlalu efektif. Menurutnya, dalam pencegahan demam berdarah melalui pengasapan ada teorinya. ”Bukan dilakukan secara serampangan, seperti pada jam siang hari atau jam-jam dimana jentik dan nyamuk tidak melakukan perkembangbiakan,” tuturnya.
Abdurrahman juga menyarankan, agar kelompok-kelompok pengasapan demam berdarah hendaknya memperhatikan teori-teori fogging. ”Bahwa setiap perkembangbiakan nyamuk demam berdarah ada waktu-waktu tertentu. Dan pengasapan juga tidak harus dilakukan setiap waktu sehingga kemudian dapat mengganggu pernapasan,” ujarnya.
 Fogging ada teorinya (Foto: gu2n) | |
|
|
Itu sebabnya, dia mengharapkan agar petugas pengasapan yang berasal dari kelompok-kelompok masyarakat hendaknya terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada instansi terkait menyangkut pengasapan. ”Ini dimaksudkan agar fogging dapat berjalan baik dan tepat waktu serta tidak menimbulkan efek penyakit pada pernapasan”, sarannya. (
gu2n)