Al Munawarah, Ponpes Bagi Putera Transmigran
 Saiful Aduar saat meninjau pembangunan asrama puteri Ponpes Al Munawarah (Foto: Sahrin) |
|
|
|
Mulai operasional sejak satu setengah tahun yang lalu, Pondok Pensantren Terpadu Al Munawarah, telah memiliki kebih dari seratus santri. Dari jumlah itu kecuali pada tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), semua adalah putera-puteri para transmigran yang ada di Kutai Kartanegara.
Salah seorang pendiri Al Munawarah, Ustad Abu Ali mengatakan, rata-rata santri yang mondok di pesantrennya adalah anak para petani transmigran dari berbagai Satuan Pemukiman (SP) dan desa. Mereka dititipkan orang tuanya dengan harapan selain mendapatkan ilmu pengetahuan juga ilmu agama.
Kepada Saiful Aduar SPd Sekretaris Fraksi Amanat Keadilan Rakyat (AKR) DPRD Kutai Kartanegara, yang mengunjungi Pondoknya pada Selasa (6/3). Abu menjelaskan, saat ini mereka berusaha menambah infrastruktur di pesantren guna memperlancara proses belajar mengajar.
Salah satu fokus utama pembangunan adalah asrama untuk mondok para santri. Sebagai pesantren baru bangunan-bangunan yang ada memang belum mencukupi bagi santri, baik ruang belajar maupun ruang tinggal, sehingga beberapa santri laki-laki terpaksa tidur di aula.
Memulai dari titik nol, memang cukup berat untuk mewujudkan wajah Al Munawarah seperti saat ini. Namun berkat perjuangan dan kegigihan para pengurus, telah ada beberapa donatur yang memberikan bantuan dana, bahkan warga setempat juga banyak yang merelakan tanahnya untuk kepentingan pesantren.
 Jajaran pengurus Ponpes Al Munawarah foto bersama Anggota DPRD Kukar Saiful Aduar (Foto: Sahrin) | |
|
|
Demikian pula untuk membangun fasilitas pesantren, Abu Ali dan kawan-kawan dapat bernafas lega, berkat perjuangan Saiful Aduar SPd di legislatif, Al Munawarah medapatkan dana dari APBD yang besarnya Rp153 Juta.
Mengenai perjuangannya ini, Saiful Aduar menjelaskan, adalah komitmen untuk membantu perjuangan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga merupakan benteng kebaikan moral, dari gempuran budaya barat yang tidak sesuai dengan norma Islam.
Saiful mengaku tidak memandang latar belakang dari sebuah Ponpes bila akan membantu, semua kepentingan Islam dan pendidikan adalah kewajiban bagi setiap orang umat untuk membantu, hal itu pula yang kini tengah dilakoninya. Tentang bantuan tersebut Abu Ali sangat berterima kasih.
Sebagai Ponpes terpadu, Al Munawarah menerapkan kurikulum Dinas Pendidikan ditambah materi pesantren. Perbedaannya dengan sekolah biasa tentu saja pada intensitas pengajaran, di mana para santri juga ditambah materi sesuai Kitab Kuning, sebuah buku aturan baku pesantren – pesantren Indonesia.
Dalam mengembangkan pondoknya, Abu Ali juga mennganut konsep “selaras dengan Alam” artinya setiap pembangunan infra pondok, tidak akan mencacati kontur alam setempat yang hampir semua dari 0,5 Ha lahan pensantren adalah lereng perbukitan yang memiliki kemiringan antara 30 hingga 45 derajat lebih.
“Tidak akan ada urukan besar dai lokasi kami, bahkan semula kami berencana membangun kelas terbuka tanpa dinding, tetapi batal. Karenanya kami usakan untuk membangun sesuai kontur bumi di wilayah ini,” kata Abu Ali kepada Saiful Aduar. (
rin)