Yayasan Nurul Ilmi Tertarik Budidaya Aren
 Utusan Nurul Ilmi Ketika Melakukan Audiensi Bersama Willie Smits (Foto: sahrin) |
|
|
|
Dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang baru mencapai kurang lebih Rp48 Milyar, kondisi perekonomian Kutai Karatanegara memang rentan dan beresiko. Keuangan selama ini hanya ditopang oleh bagi hasil migas antara Pusat dan Daerah, padahal cadangan gas bumi akan mencapai posisi kritis sekitar 15 tahun ke depan, tanpa kesiapan dan program unggulan tentu akan menjadi daerah yang terhempas peekonomiannya apabila prakiraan ini menjadi kenyataan.
Terkait dengan itu Yayasan Nurul Ilmi, yang bergerak dibidang pendidikan dan pemberdayaan, melakukan penjajagan bersama Yayasan Masarang yang diketuai Dr Ir Willie Smits di Samboja belum lama ini. Mereka mencari gambaran komiditi apa yang cocok untuk menopang kegiatan ekonomi, di tengah upaya mencerdaskan generasi muda.
Pembina Yayasan, Saiful Aduar SPd, yang juga Sekretaris Komisi I dalam pertemuan itu kepada Willie Smits menjelaskan, pihaknya ingin mencari dukungan dan kerjasama dibidang pemberdayaan pendidikan, guna meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah, sehingga tercipta mutu pendidikan prima ditopang potensi ekonomi yang kuat.
 Saiful Aduar di Lahan Yayasan Nurul Ilmi, Aren Lebih Berpotensi (Foto: sahrin) | |
|
|
Niat Nurul Ilmi segera saja disambut hangat oleh Willie, laki-laki berdarah Belanda ini menjelaskan, sejalan dengan bidang yang digelutinya selama 25 tahun ini dan statusnya sekarang sebagau staf ahli presiden, solusi bagi Kutai adalah penggalakan tanaman aren.
Hal itu sejalan dengan rencana kerja sama Yayasan Masarang dengan Pemkab, untuk membangun pabrik gula merah modern, seperti yang telah ada di Tomohon Sulawesi Utara. Saat ini ada 6 ribu petani aren setempat yang telah menikmati keberadaan pabrik, dengan penghasilan mencapai Rp6 ribu rupiah perhari setiap orangnya.
Kelebihan komoditi aren adalah kandungan Nira yang dapat menghasilkan gula sehat, dan mampu mencegah penyakit seperti kencing manis, asam urat dan obesitas. Bahkan berdasarkan penelitiannya selama 25 tahun di Kabupaten Minahasa, angka harapan hidup warga setempat yang mengkonsumsi gula merah meningkat hingga 12 tahun.
Produk semacam ini sangat baik di pasaran eropa, sehingga memberikan peningkatan kesejahteraan warga, serta mengurangi kerusakan hutan akibat perambahan dan penebangan liar yang motif utamanya rata-rata memang persoalan ekonomi.
Bahkan jika dibandingkan dengan sawitpun, Aren tetap jauh lebih untung, karena tidak perlu membabat hutan, serta nilai ekonomis yang lebih tinggi karena efisiensinya. Apalagi dengan pabrik pengolahan moderen, akan menghasilkan perbaikan lingkungan karena bahan bakarnya adalah limbah sisa olahan kayu yang banyak teronggok sia-sia di tepai Sungai Mahakam.
Berdasarkan keterangan itu, Saiful Aduar yang didampingi Ketua dan Pengurus Yayasan, Sunarno SPd dan Ilwansyah, mengaku tertarik. Pihaknya akan mencoba melakukan penjajagan lebih lanjut serta melakukan pengkajian lahan, apakah cukup memungkinkan untuk penanaman Aren dalam jumlah cukup besar.
Meski berbasis utama pendidikan namun potensi ekonomi semacam ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Pasalnya Nurul Ilmi yang bergerak di padanan Sekolah Islam Terpadu dan Jaringan Sekolah Islam Terpadi (JSIT), sangat respon terhadap upaya-upaya pemberdayaan SDM dan kemandirian ekonomi.
Saiful menegaskan, apabila ada sebuah jalan untuk mandiri secara ekonomi dan memberikan nilai positif kepada masyarakat sekitar, kenapa tidak dilakukan upaya penjajagan. Tidak mungkin tentunya apabila setiap yayasan hanya mengharapkan dana iuran murid dan pemerintah saja dalam beroperasi.
“Kita akan melakukan penjajagan terhadap kemungkinan penanaman aren, dilahan-lahan yayasan. Pada dasarnya saat ini kami sangat tertarik,” kata Saiful. (
rin)