DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Sumur GTC 9 Total, Semburkan Gas Liar

Sumur GTC 9 Total, Semburkan Gas Liar


Sumur Tunu Charlie 9 Yang Diakui Total Mengalami Kebocoran Gas (Foto: sahrin)
Pihak Total E & P Indonesie mengakui, ada semacam situasi di luar kewajaran, yang terjadi pada sumur Tunu Charlie 9 ( GTC 9), terletak di Sungai Banjar Desa Sepatin Kecamatan Anggana. Hal itu akibat munculnya gas, dari kedalaman di bawah 100 meter. Meskipun tidak menyembur tinggi, namun keberadaannya dapat dilihat secara kasat mata di atas permukaan air laut.

Hal itu diungkapkan Kepala Lapangan Central Prosesing Unit (CPU) Tambora, Claudio Martinez, kepada rombongan DPRD Kukar belum lama ini. Menurutnya kejadian tersebut telah direspon para petinggi Total Pusat, dan dilakukan langkah-langkah prosedural untuk menanggulanginya.

Kepada rombongan dewan yang dipimpin Marwan SP ( Komisi II) dan didampingi Ir Marten Apuy (Komisi I), H Zainuddinsyam (Komisi II), Jumarin Thripada ( Komisi IV), dan Drs Hermain D BA (Komisi II), pihak Total juga menjamin, hingga data terakhir keberadaan gas tersebut, masih dianggap belum masuk dalam kategori berbahaya.



Pertemuan Antara Rombongan DPRD Kukar, dan Kepala Lapangan CPU Claudio Martinez (Foto: sahrin)
Saat ini Total, menurut Claudio, telah melakukan pemaantauan harian, terhadap sifat semburan gas, yang meliputi penghitungan tinggi dan luas semburan, tekanan, hingga pada penghitunggan geometri, untuk mengantisifasi kekhawatiran amblasnya permukaan di sekitar lokasi pengeboran. Semua itu dilakukan tim ahli yang didatangkan langsung dari Balikpapan.

Claudio Martinez juga menjanjikan kesiapannya apabila diperlukan presentasi langsung di DPRD, terkait upaya penanganan yang selama ini mereka lakukan. Saat ini telah ada sistem kawalan otomatis yang memantau kondisi Tunu C 9 tersebut, apabila situasi memburuk akan ada peringatan yang memungkinkan tim langsung menentukan langkah penanganan.

Terkait penjelasan Claudio Martinez, beberapa Anggota Dewan Bahkan memberikan pertanyaan kritis. Mereka menyoroti penanganan yang selama ini terkesan diam-diam, dan kurang sosialisasi terhadap warga sekitar lokasi pengeboran.



Buih-buih putih diantara tiang pancang tersebut, adalah gas yang keluar dari kedalaman 100 meter leb (Foto: sahrin)
Mengingat kejadian yang mulai mengkhawatirkan warga itu, juga dipertanyakan penanganan yang ternyata baru menyentuh pada upaya monitoring lingkungan. Sedangkan penelitian terhadap sifat dan dampak kemunculan gas belum dilakukan, sehingga apa yang dilakukan Total, selama pasca semburan yang telah terjadi sejak 2004 silam belum jelas.

“Setiap kegiatan memang ada dampak, tetapi apakah semburan gas ini telah diteliti sifatnya, seperti panas, dingin, atau lainnya telah dilakukan ? “ tanya Marten Apuy.

Untuk diketahui, peristiwa semburan gas yang terjadi pada sumur pengeboran GTC 9 milik Total itu, telah berlangsung sejak 2004 silam. Awalnya beberapa warga Sungai Banjar dan Sepatin, dua desa di Tepi Selat Makasar, melihat adanya buih putih yang keluar dari dalam laut. Semburan itu tidak berhenti selama berbulan-bulan, sehingga beberapa orang berinisiatif melaporkan kejadian itu pada Komisi II.

Dalam laporan yang sampai melibatkan Kementrian Lingkungan hidup itu, beberapa warga yang dimotori Saiful Kinibua, dan Andi Baharuddin. Mereka menuduh adanya kebocoran gas di GTC 9, dan memberikan dampak berupa matinya udang warga di empang, sehingga mereka menuntut ganti rugi.

Namun tuntutan mereka kemudian kandas, karena penelitian kadar air oleh pihak independen, ternyata tidak menemukan bukti adanya dampak langsung kegiatan pengeboran terhadap kematian udang-udang warga. Namun tidak putus asa Kinibua dan kawan-kawannya kembali mengadu pada DPRD, sehingga ditindak lanjuti dengan peninjauan langsung ke lapangan.

Dari pengamatan langsung di GTC 9, Anggota Dewan mengakui adanya semburan gas yang dilihat secara kasat mata. Untuk itu akan dijadwalkan sebuah pertemuan yang bersifat komprrehensif, bukan hanya membicarakan tuntutan ganti rugi, tetapi juga dampak lingkungan akibat semburan tersebut.

“ Mungkin dampak fisik tidak ada, tetapi psikologis warga dan pengaruh jangka panjang terhadap lingkungan harus kita cermati,” tegas Jumarin Thripada.

Pihak Total sendiri, meskipun mengakui adanya situasi khusus di GTC 9, namun mereka menjelaskan, berdasarkan penelitian akhir, baik sifat gas, dan dampak lingkungan, belum ada indikasi yang bisa membahayakan keselamatan warga sekitar.

Namun mereka akan konsen dalam menanganinya secara tuntas. Adapun warga sekitar, telah diberikan sosialisasi jauh hari sebelum pengeboran dilakukan. (rin)