DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Hutan Mangrove Delta Mahakam, Tinggal 5 Persen

Hutan Mangrove Delta Mahakam, Tinggal 5 Persen


Kawasan Hutan Nipah di Delta Mahakam (Foto: sahrin)
Hutan mangrove kawasan Delta Mahakam, sebagai hutan nipah terluas di Indonesia, telah hampir musnah. Berdasarkan data terakhir, yang disampaikan berbagai pihak pemerhati lingkungan, 95 persen kawasan delta telah rusak akibat pembukaan tambak udang yang diluar kendali.

Ketua Panitia Khusus (Pansus) Penanganan Delta Mahakam, DPRD Kutai Kartanegara, Ir Marten Apuy, mengakui sangat sulit untuk menyelematkan hutan mangrove dari kemusnahan. Pasalnya ada tumpang tindih kewenangan antara provinsi dan kabupaten.

Secara geografis, kawasan Delta Mahakam, sebagian besar memang berada di wilayah Kukar. Namun kewenangan pengendalian terltak pada Dinas Kehutanan Provinsi Untuk Wilayah Mahakam Ilir. Dengan demikian, kewenangan Pemkab masih tersandung ijin dari provinsi, yang biasanya dikatongi para petambak.



Ir Marten Apuy Ketua Pansus Penanggulangan Delta Mahakam DPRD Kukar (Foto: sahrin)
Bahkan keberadaan Pansus Penganan Delta Mahakam yang dibentuk DPRD Kukar, ternyata tidak dapat berbuat banyak. Berbagai hasil studi dan penelitian yang dilakukan selama berbulan-bulan, akhirnya tidak dapat ditindaklanjuti, lantaran terbentur persoalan Rencana Tata Ruang Provinsi, yang tidak kunjung kelar.

Perihal penyebab kehancuran hutan kawasan delta tersebut, Marten mengakui, memang disebabkan pembukaan tambak secara besar-besaran, yang biasanya dilakukan para pemodal dari Samarinda dan Balikpapan, bahkan ada yang dari Pulau Jawa.

Hasil tambak biasanya diekspor ke luar negeri, dan dijual pada perusahaan-perusahaan lokal untuk dipasarkan. Dalam menjalankan setiap usaha tersebut, biasanya para petambak, tidak memberikan kontribusi sedikitpun pada daerah. Bahkan untuk kecamatan yang membawahi pantai, tidak mendapatkan sepeserpun rupiah yang mengalir dari kerusakan alam maha hebat itu.

“Bagaimana kita mau mendapatkan kontribusi, terhadap kegiatan ilegal seperti, nanti ada salah pengertian seakan-akan kita mengijinkan, padahal hutan delta sudah rusak parah tanpa hasil sedikitpun untuk kita,” kata Aji



Rumah Penjaga Tambak yang Ada di Kawasan Desa Sepatin Kec. Anggana (Foto: sahrin)
H Ridwan Syahrani Asisten I Pemkab yang pernah menjabat Camat Anggana.
Disamping merusak lingkungan, pembukaan lahan tambak secara besar-besaran, ternyata tidak memberikan jaminan, produksi udang akan meningkat. Memang secara kuantitas ada peningkatan hasil, tetapi secara kualitas naiknya produksi tidak sebanding dengan luasan tambak yang mencapai jutaan hektar persegi.

Mengenai meningkatnya produksi yang tidak sebanding dengan luasan tambak, mantan Kadis Perikanan Kukar Ir Bahteramsyah mengatakan, sebenarnya tidak ada peningkatan produksi. Yang ada hanya perluasan lahan dan saking luasnya produksi yang dihasilkan terasa banyak, padahal rata-rata petani merugi akibat lahan hanya menghasilkan 20 -30 kg saja perhektar.

“Hasil produksi meningkat karena luasan tambak yang luar biasa, padahal bila dibandingkan dengan produksi tahun-tahun sebelumnya, jumlah ini jauh dibawah standar perbandingan antara lahan dan produksi,” kata Bachteramsyah yang saat menjabat Kepala Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kukar.

Lantaran itu, tambah Bahteramsyah, Total E & P Indonesie, melalui program bina lingkungannya, memperkenalkan pada para petambak teknik silvo fishery. Yakni sebuah upaya peningkatan hasil produksi dengan tambak ramah lingkungan.

Caranya setiap pembangunan tambak baru, dan perbaikan tambak lama, akan disisakan sebuah petakan yang ditanami Bakau ditengah-tengah areal tambak. Maksudnya sebagai tempat berlindung udang, dan merupakan penyedia pakan alami bagi udang yang dipelihara.

Dengan cara itu, produksi akan lebih meningkat apabila dibandingkan dengan areal tambak yang tidak ada hutan ditengah-tengahnya. Hal itu akan mengurangi dampak lingkungan akibat kemusnahan mangrove lantaran dibabat para petambak yang lupa akan pentingnya pohon bakau dan nipah sebagai benteng penaha abrasi pantai bahkan penghalang datangnya gelombang Tsunami. (rin)