Pemberdayaan Ekonomi Untuk Topang Pendidikan
 Saiful Aduar Ketika Menempuh Perjalanan Sungai, Menuju Desa Siran, Tempat Reses Dilaksanakan (Foto: sahrin) |
|
|
|
Bagi Saiful Aduar SPd, jadwal reses yang seringkali dikonotasikan negatif, oleh kalangan anti legislatif, adalah masa di mana ia benar-benar terjun ke lapangan. Reses baginya adalah sebuah waktu yang telah dinanti-nantikan untuk bertemu konstituen, berkonsultasi, berdiskusi, dan mengetahui apa yang telah menjadi kemajuan masyarakat.
Tidak asal turun, Sekretaris Komisi I DPRD Kutai Kartanegara ini, sebelumnya telah mempersiapkan jadwal dan konsep kegiatannya. Apabila pada Desember 2006 lalu, turun dengan kegiatan yang terfokus pada bakti sosial, seperti khitanan dan meneliti pengerjaan berbagai proyek Bansos yang didanai melalui Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD), kali ini sedikit berbeda.
Berkaitan dengan statusnya sebagai insan pendidikan, dan bertepatan pula dengan Hari Kebangkitan Pendidikan Nasional (Harpidnas). Saiful kemudian mengusung tema “Pemberdayaan Ekonomi Untuk Topang Pendidikan” dalam agenda reses kali ini.
 Meskipun Telah Menjadi Seorang Anggota Dewan, Namun Saiful Tetap Hormat Pada Para Gurunya Dahulu (Foto: Sahrin) | |
|
|
Mengenai tema ini, Saiful mengaku, lahir dari rasa prihatin yang mendalam atas tingginya biaya pendidikan. Hal itu tidak dapat lantas disalahkan pada pihak sekolah, karena mutu yang baik memang membutuhkan banyak kelengkapan, baik saran maupun prasarana. Sehingga siswa terpaksa merasakan beban berat untuk mendapatkan mutu akademis yang mumpuni.
Dengan kondisi umum masyarakat Indonesia khususnya Kutai Kartanegara, yang masih di bawah taraf sejahtera. Biaya pendidikan tentu saja merupakan beban yang harus ditanggung dengan sangat berat. Beberapa orang tua bahkan tertatih-tatih antara menyekolahkan anaknya dan menghidupi keluarga. Hal ekstrim akhirnya terjadi, sang anak hanya menamatkan pendidikan sampai jenjang SD maupun SMP, dan itu banyak dijumpai di pedesaan.
Lantas bagaimana solusi untuk menghadapi persoalan ini? Orang tua tentu senang apabila ‘harga’ pendidikan dapat diturunkan, tetapi sekolah tentu tidak ingin turun mutu, hanya gara-gara tidak dapat mendanai berbagai programnya. Mengandalkan uang dari APBD yang kini telah mencapai 20 persen juga tidak mudah, selain sering terlambat, juga adanya pembagian secara proporsional dan telah diplot peruntukannya.
“Salah satu solusinya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat,” kata Saiful Aduar, mantap.
 Memberikan wawasan Kepada Masyarakat, Tingkatkan Taraf Ekonomi, Untuk Mencapai Mutu Pendidikan Yang (Foto: sahrin) | |
|
|
Menurutnya, apabila taraf ekonomi masyarakat dapat meningkat, otomatis akan mendongkrak daya jangkau harga pendidikan oleh masyarakat. Dan untuk pemberdayaan yang dimaksud, Saiful mencetuskan ide pembudidayaan pohon aren (Enau).
"Kenapa Aren ? Karena pohon ini adalah sebuah tanaman unggul, yang sekarang sedang dilirik sebagai solusi nasional pencipta lapangan kerja,” tambahnya.
Karena itu dalam reses kali ini, yang berlangsung sejak 27 April hingga 1 Mei lalu, Saiful mulai mencetuskan gagasannya, masyarakat kemudian diperkenalkan pada keunggulan aren, yang biasanya banyak disadap niranya untuk bahan baku gula merah tradisional.
Penghasilan seorang petani aren tradisional saja dapat mencapai angka Rp3 juta Rupiah perbulan, akan melonjak ketika peralatan moderen didatangkan, dan gula hasil sadapan nira di ekspor ke luar negeri. Penghasilan seorang petani yang niranya dijual pada pabrik, bahkan dapat mencapai angka puluhan juta perbulannya.
Dengan penghasilan yang meningkat, mutu pendidikan akhirnya akan dapat meningkat pula, karena keluarga yang semula kekurangan akan dapat menyekolahkan kembali anak-anaknya. Hal itu telah terjadi di Kabupaten Tomohon Sulwesi Utara, ketika pabrik Gula Aren Massarang beroperasi, keadaan berubah. Dari semula serba kekurangan, kemudian taraf perkonomiannya meningkat secara drastis.
Selain banyak mempresentasikan model tanaman aren, Saiful juga mengisi resesnya dengan melakukan dialog pendidikan, mendatangkan Dai interteir TPI, Tomo, dan membagi-bagikan bingkisan kepada puluhan guru yang ada di Kecamatan Muara Kaman. Bahkan secara khusus, ia juga memberikan bingkisan kepada gurunya Ketika SD, dan mantri yang duhulu menyunat dirinya.
“Ini merupakan ungkapan rasa bakti saya kepada para guru yang telah memberikan pendidikan pasa saya,” ucap Saiful.
Selain itu, tidak lupa juga dilakukan sunatan massal untuk 34 orang anak-anak di Desa Muara Siran Kecamatan Muara Kaman. (
rin)