Aren Perdana Nurul Ilmi
 Willie Smits Ketika Memberikan Kursus Singkat Cara Menanam Aren (Foto: sahrin) |
|
|
|
Tekad Saiful Aduar SPd, Sekretaris Komisi I DPRD Kutai Kartanegara, untuk meningkatkan taraf ekonomi rakyat, melalui budidaya tumbuhan Aren jenis unggul, bukan main-main. Bersama Yayasan Nurul Ilmi yang didirikannya sejak 2001 lalu, Jumat (18/5) melaksanakan penanaman perdana di kawasan Melabang, Desa Loa Tebu Kecamatan Tenggarong.
Hadir dalam acara tersebut, Dr. Ir. Willie Smits, peneliti sekaligus pendiri pabrik gula Aren pertama di Indonesia. Dengan penanaman perdana ini, pihak yayasan berharap, akan memberikan terobosan sektor unggulan baru, di bidang ekonomi kerakyatan, sebagai pengganti tambang.
Langkah ini diilhami kondisi keuangan Kutai Kartanegara, yang terlalu bertumpu pada komoditas tambang, padahal sektor ini suatu saat akan habis dan tidak dapat diperbaharui lagi. Sehingga perlu adanya sebuah terobosan, sebagai alternatif ekonomi di
 Aren Telah Menjadi Program Nasional yang Multifungsi (Foto: sahrin) | |
|
|
Melalui beberapa pengkajian, dan audiensi bersama pakar Aren Indonesia Dr Ir Willie Smits, akhirnya diputuskan, bahwa Aren adalah komiditi paling unggul untuk wilayah Kutai Kartanegara. Pasalnya, selain ada teknologi baru untuk budidaya jenis unggul, juga kultur masyarakat asli, yang telah menjadi penyadap nira secara turun temurun adalah sebuah pondasi kuat untuk membangun sektor ekonomi baru.
Seperti dijelaskan Willie Smits dalam acara penanaman perdana tersebut, Aren yang memiliki nama latin Arenga pinnata dan masuk pada genus Arecaceae (Palmae) ini, adalah komoditi jenis unggul, dengan nilai ekonomis tinggi, jauh melebihi kelapa sawit yang kini banyak ditanam secara besar-besaran.
Aren memang memutar balik “pepatah tak kenal maka taka sayang” meskipun dikenal sejak ratusan tahun silam, keberadaanya tidak terlalu populer dan terkesan hanya sebagai pekerjaan sampingan, kurang diminati dan tidak menghasilkan. Banyak pihak merasa sanksi, apakah benar tumbuhan yang banyak tumbuh liar tersebut bernilai ekonomis tinggi.
“Padahal sebaliknya, tumbuhan ini adalah harta karun yang dapat memberikan nilai ekonomi signifikan bagi masyarakat dan daerahnya,” kata Willie.
 Saiful Aduar Sedang Memperhatikan Willie Smits Yang Mempraktekkan Pembuatan Lubang Tanam (Foto: sahrin) | |
|
|
Dijelaskannya, berbeda sektor tambang baik Migas maupun Batu Bara, yang suatu saat akan habis, dan upaya eksploitasinya serta penggunaannya mencemari udara. Aren justru menghijaukan kembali lingkungan, dan nira yang disadap tidak hanya dapat menjadi gula, tetapi juga energi alternatif seperti ethanol, sebuah senyawa yang yang kualitasnya mendekati avtur, bahan bakar pesawat terbang.
Dibidang lapangan kerja, dengan budidaya bibit unggul dan pembanguna pabrik, akan memberikan kesempatan baru bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Apabila semua berjalan lancar, Aren akan menyerap banyak tenaga kerja hingga 81,02 orang perhektar. Bandingkan dengan sawit, yang hanya dapat menyerap 0,11 orang perhektar.
“Apalagi dengan penciptaan mesin petik, dan adanya kebijakan beberapa negara Eropa, yang hanya akan membeli sawit apabila ditanam pada lahan kritis tanpa menebang hutan saja, tentu keunggulan sawit akan banyak berkurang,” ulas Willie.
Saiful Aduar sendiri menjelaskan, dengan segala keunggulan tersebut, pihaknya merasa sangat penting untuk budidaya secara besar-besaran. Banyak lahan kritis yang dapat ditanami, sehingga membantu upaya menghijaukan kembali paru-paru dunia.
Disamping itu sebagai yayasan pendidikan, pihaknya melihat, penting sekali keberadaan komoditi unggul untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Dengan demikian akan membantu meningkatkan mutu pendidikan, yang saat ini kian mahal saja harganya. (
rin)