DPRD Kutai Kartanegara
Warta DPRD: Dusun Batu Dinding, Status Yang Tidak Jelas

Dusun Batu Dinding, Status Yang Tidak Jelas


Jalan menuju ke Dusun Batu Dinding, Sangat Sulit Untuk Diakses (Foto: sahrin)
Meskipun telah berdiri lebih dari 63 tahun silam, namun Dusun Batu Dinding, tetap mengalami kendala dalam membangun. Pasalnya sebagai dusun, keberadaannya jauh dari desa induk, sehingga kurang mendapatkan perhatian dari daerah.

Seperti dikatakan Juhri, seorang tokoh masyarakat setempat, Kepada Sekretaris Komisi Saiful Aduar SPd, Jumat (22/06), dusunnya memang selalu tertinggal dalam berbagai hal. Mulai dari pembangunan infrastruktur, seperti pendidikan dan rumah ibadah, hingga pada masalah jalan dan penerangan.

Demikian pula dengan status pemerintahannya, hingga kini masih belum ada kepastian, mana desa induk yang benar-benar bertanggung jawab terhadap nasib mereka. Hal itu terjadi lantaran pengalihan status dusun yang semula ikut dalam wilayah administrasi Separi Kecamatan Tenggarong Seberang, ke Rapak Lambur Kecamatan Tenggarong.



Profil Tempat Tinggal Warga Dusun Batu Dinding (Foto: Sahrin)
Pengalihan itu sendiri dilakukan atas keinginan warga Batu Dinding, yang merasa selama berada di bawah Desa Separi, keberadaan mereka tidak terlalu mendapatkan perhatian, terutama dari sektor pembangunan dan bantuan sosial.

Pengalihan dari Desa Separi ke Rapak Lambur, tidak serta merta memberikan perubahan bagi warga batu dinding. Jarak tempuh yang lebih dari 13 km merupakan kendala utama, setelah pengalihan dusun.

Alhasil, selama lebih dari 4 tahun setelah pindah dari Separi ke Rapak Lambur, pembangunan tetap berjalan di tempat. Hal itu terlihat dari minimnya perubahan yang ada, seperti bangunan sekolah yang tetap darurat, dengan jenjang hanya sampai kelas 4 SD, Masjid atapnya masih bocor dan tidak memiliki kelengkapan untuk wudhu.



Fisik Masjid Batu Dinding yang Sederhana (Foto: Sahrin)
Dengan kondisi yang ada, sangat sulit bagi warga Batu Dinding untuk membangun wilayahnya ke arah yang lebih baik. Apalagi dalam situasi yang serba sulit seperti sekarang, di mana mata pencaharian pendudukan yang sebagian besar merupakan buruh penggergajian kayu, harus terhenti akibat operasi pemberantasan ilegal loging oleh kepolisian.

Melihat keadaan Dusun Batu Dinding ini, Saiful Aduar menegaskan, pihaknya akan coba memperjuangkan kearah yang lebih baik. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah perbaikan rumah ibadah, dan pembangunan sekolah untuk anak-anak warga setempat.

Selama ini banyak anak-anak yang harus putus sekolah, lantaran harus menempuh jarak yang sangat jauh. Saat ini keberadaan sekolah di dusun tersebut masih berstatus titipan dari SDN 006 Loa Tebu, yang berjarak kurang lebih 7 km, dan biasanya ditempuh dengan berjalan kaki.

Selain perbaikan rumah ibadah dan sekolah, Saiful juga akan menjajagi kemungkinan dijadikannya Batu Dinding sebagai desa tersendiri. Namun ditegaskannya, hal itu masih sebatas penjajagan, karena sebuah desa devinitif memerlukan beberapa persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.

“Tetapi tentu saja saya akan mengusahakan perbaikan kesejahteraan bagi warga Batu Dinding melalui keberadaan saya sebagai wakil rakyat,” katanya. (rin)